BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan
Istilah
Agar tidak
terjadi kesalahpahaman tentang judul, serta uraian lebih lanjut, kiranya
penyusun perlu menegaskan istilah-istilah yang terkandung dalam judul diatas.
1. Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum
Madrasah berasal
dari bahasa Arab yaitu Madrasah yang artinya tempat untuk belajar atau
sistem pendidikan klasikal yang didalamnya berlangsung proses belajar mengajar
dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu
umum.[1] Sedangkan menurut Malik Fadjar pengertian
Madrasah secara umum dapat diartikan sebagai sekolah umum yang bercirikhas
Islam yang menjadi bagian keseluruhan dari sistem pendidikan nasional.[2] Dalam SKB tiga mentri disebutkan bahwa
madrasah adalah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama Islam
sebagai mata pelajaran dasar yang diberikan sekurang-kurangnya 30% disamping
mata pelajaran umum.[3]
Berdasar kepada Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0489/U/1992 tahun 1992, disebutkan bahwa
Madrasah Aliyah adalah sekolah setingkat Sekolah Menengah Umum (SMU) yang
bercirikhas agama Islam.[4] Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa MA
Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta telah mewujudkan
pengembangan kurikulum.
2. Pondok Pesantren Krapyak
Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia dikatakan bahwa pesantren merupakan suatu asrama tempat
murid-murid belajar mengaji.[6] Yakni merupakan sebuah asrama pendidikan Islam
tradisional dimana para siswa (santri) tinggal bersama dan belajar bersama
dibawah bimbingan seorang atau lebih guru yang dikenal dengan Kiyai atau
Ustadz.[7]
Menurut Abdul
Qadir Jaelani, pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan dan penyiaran Islam, tempat pelaksanaan pengajian dan pusat
pengembangan masyarakat yang diselenggarakan dalam kesatuan tempat pemukiman
dengan Masjid sebagai pusat kegiatan ditambah ruang kelas dan asrama pondokan.[8]
Jadi Madrasah
Aliyah Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta adalah suatu
lembaga pendidikan Islam formal berbasis pesantren yang setingkat dengan
sekolah menengah umum (SMU, MAN) dan berada dibawah naungan Yayasan Ali Maksum
Pondok Pesantren Krapyak. Madrasah ini terletak di Jln. D.I. Panjaitan atau
Jln. KH. Ali Maksum, diperbatasan kota Yogyakarta dan kabupaten Bantul.
Di Madrasah
Aliyah Ali Maksum, terdapat tiga jurusan atau Program Studi dimana siswa-siswi
terbagi menjadi tiga program studi yaitu I’dadiyyah, MAK (Madrasah Aliyah
Keagamaan) dan MAU (Madrasah Aliyah Umum).
Bertitik tolak
dari penegasan istilah diatas dapat diambil kesimpulan bahwa skripsi ini adalah
suatu penelitian lapangan terhadap pengembangan kurikulum yang berlangsung di
Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
3. Pengembangan Kurikulum
Dalam kamus besar
bahasa Indonesia, pengembangan secara etimologi berasal dari kata kembang
yang berarti menjadi tambah sempurna (tentang pribadi, fikiran, pengetahuan dan
sebagainya), pengembangan berart proses, cara, perbuatan.[9]
Sedangkan menurut istilah pengembangan berarti penyusunan, pelaksanaan,
penilaian dan penyempurnaan dalam suatu kegiatan.[10] Adapun
kata pengembangan lebih banyak digunakan daripada pembinaan. Nampaknya kedua
istilah tersebut diambil dari literature barat dengan istilah Curriculum
development dan Curriculum engineering. Pembinaan kurikulum (Curriculum
improvement/Curriculum building) adalah kegiatan yang mengacu pada usaha
untuk melaksanakan, mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum-kurikulum yang
telah ada, guna memperoleh hasil yang maksimal. Sedangkan pengembangan
kurikulum (Curriculum development/Curriculum design) sebagai tahap
lanjutan dari pembinaan, yakni kegiatan yang mengacu untuk menghasilkan suatu
kurikulum baru.[11]
Menurut Geane,
Topter dan Alicia bahwa Pengembangan Kurikulum adalah suatu proses dimana
partisipasi pada berbagai tingkatan dalam membuat keputusan tentang tujuan,
bagaimana tujuan direalisasikan melalui proses belajar mengajar dan apakah
tujuan dan alat itu serasi dan efektif.[12]
Menurut Caswell
Pengembangan Kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu guru dalam melakukan
tugas mengajarkan bahan menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dari kedua
pendapat tersebut, bahwa pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang
merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada
hasil penelitian terhadap kurikulum yang tidak berlaku, sehingga dapat
memberikan kondisi kegiatan belajar mengajar yang lebih baik.[13]
Yang penulis
maksud adalah suatu pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia
khususnya Departemen Pendidikan Nasional terhadap kurikulum sekolah menengah.
Yaitu suatu pengembangan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dalam
kurikulum 1994 serta untuk meningkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan tujuan
dan cita-cita pendidikan negara Indonesia.
4. Kurikulum
Istilah
“kurikulum” berasal dari bahasa latin, yakni “curricullae”. Pada waktu itu,
pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang
harus ditempuh oleh siswa yang
bertujuan untuk memperoleh ijazah.[14]
Kurikulum juga
mempunyai arti sejumlah mata pelajaran tertentu yang harus ditempuh
(pengetahuan yang harus dikuasai) untuk mencapai suatu tingkatan.[15] Menurut Hilda Taba, kurikulum merupakan
cakupan dari tujuan, isi dan metode yang lebih luas/umum.[16]
Dari beberapa
pengertian diatas, dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan judul “Madrasah
Aliyah Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta (Studi Tentang
Pengembangan Kurikulum Tahun 1994-2004)” adalah penelitian lapangan tentang
analisis pengembangan kurikulum dimana kurikulum sebagai unsur dasar
pendidikan, dan bagaimana Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum sebagai sebuah
lembaga pendidikan Islam mampu mengangkat citranya sebagai bagian dari sistem
pendidikan nasional yang oleh sebagian masyarakat masih dianggap sebagai
lembaga pendidikan kelas dua atau lembaga tradisional.
B. Latar
Belakang Masalah
Dalam proses
pendidikan, kurikulum memiliki kedudukan yang penting yaitu sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Tanpa adanya kurikulum, sulit rasanya bagi
perencana dan pelaksana pendidikan mencapai cita-cita pendidikan. Hal ini
disebabkan proses kurikulum yang berlangsung secara berkesinambungan merupakan
wujud keterpaduan dari semua dimensi pendidikan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditentukan.
Kurikulum dapat
dirancang sebagai suatu rancangan pendidikan, kurikulum menentukan pelaksanaan
dan hasil pendidikan.[17] Perlu
diketahui bahwa hubungan dalam hubungan antara pendidikan dan kurikulum seperti
tujuan dan isi pendidikan. Tujuan pendidikan akan tercapai dan dapat
dilaksanakan jika sarana maupun alat dapat melengkapi atau tegasnya kurikulum
dapat terlaksana jika yang dijadikan dasar kerangka acuannya itu relevan,
sesuai dengan tujuan pendidikan.
Disadari bahwa kurikulum pendidikan disemua
tingkat sekolah harus selalu sesuai dengan tingkat pengembangan dan kebutuhan
masyarakat. kurikulum sebagai perangkat dan upaya pelaksanaan pendidikan
nasional merupakan satuan kegiatan dan usaha-usaha pendidikan yang terorganisir
dan terintegrasi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan (sekolah) yang
terarah tercapainya tujuan pendidikan nasional.[18]
Untuk
merealisasikan tujuan tersebut guna menyelesaikan terhadap perkembangan dan
kebutuhan masyarakat, tentunya diperlukan model kurikulum yang bersifat lokal,
artinya kurikulum yang materinya disesuaikan dengan daerah atau tempat dimana
peserta didik berada.
Kurikulum muatan lokal yang diberikan
disekolah bertujuan untuk menyelaraskan apa yang diberikan peserta didik dengan
kebutuhan dan kondisi yang ada didaerahnya, mengoptimalkan potensi dan sumber
belajar yang ada disekitarnya bagi kepentingan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan yang ada disekitarnya memperkenalkan dan menanamkan kehidupan social
budaya serta nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dimasyarakatnya kepada
peserta didik sendiri mungkin.[19]
Dengan demikian
materi kurikulum muatan lokal harus disesuaikan dengan daerah yang
bersangkutan, sehingga sangat ironis sekali jika ada sebuah sekolah yang berada
dilingkungan pesantren yang terkenal dengan tradisi keagamaannya yang kuat
tidak mengajarkan ilmu-ilmu agama. Karena semua ini sangat dibutuhkan oleh
peserta didik ketika mereka membaur dengan masyarakat, apabila peserta didik
merasa kesulitan bersosialisasi dengan masyarakat.
Untuk merealisasikan tujuan tersebut sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal harus mampu memberikan materi yang dibutuhkan
oleh peserta didik untuk terjun dimasyarakat. Karena sekolah adalah sebagai
institusi pendidikan sekaligus berperan sebagai institusi social kemasyarakatan
karena melalui lembaga tersebut peserta didik dipersiapkan untuk terjun dan
aktif dalam kehidupan masyarakat.[20]
Adapun
pengembangan kurikulum yang ada selama ini merupakan salah satu alternatif yang
ditempuh oleh suatu lembaga pendidikan, seperti seperti Madrasah Aliyah Yayasan
Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Madrasah ini berusaha untuk
membuat kurikulum yang sesuai dengan kondisi masyarakat sekitar. Dengan cara
menerapkan dua kurikulum yaitu perpaduan antara kurikulum Depag dengan
kurikulum Kepesantrenan. Kurikulum yang dikembangkan sebagai upaya untuk
memudahkan mencapai tujuan-tujuan pendidikan di madrasah ini. Kurikulum
kepesantrenan ini dirancang oleh madrasah dengan nuansa pesantren, kurikulum
Madrasah Aliyah Ali Maksum ini tidak lepas dari Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta.
Pesantren atau
pondok, adalah salah satu subsistem dari Sistem Pendidikan Nasional yang secara
otomatis ikut bertanggung jawab dalam mengembangkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) Indonesia yang tangguh dan tahan uji. Ini terbukti dengan tujuan
utama yang diembannya yaitu membentuk pribadi muslim yang memiliki nilai-nilai
Islami.[21]
Madrasah Aliyah
Ali Maksum sebagai lembaga pendidikan swasta yang memiliki kewenangan untuk
mengembangkan kurikulumnya dibandingkan dengan Madrasah-madrasah yang memiliki
status negeri. Dalam proses pengembangan kurikulum ini Madrasah Aliyah Ali
Maksum dituntut untuk melaksanakan dengan seimbang dalam menyampaikan materi
yang bermuatan lokal maupun materi pelajaran umum. Hal ini berkaitan dengan
tujuan Madrasah tersebut sebagai lembaga pendidikan menengah dalam upaya
mengajarkan diri dengan Madrasah-madrasah lain, terutama pada pelajaran umum.
Disamping itu juga karena Madrasah Aliyah Ali Maksum ini berbeda dengan
Madrasah umum lainnya. Namun demikian, bukan berarti Madrasah Aliyah Ali Maksum
ini sama sekali berbeda dengan Madrasah Aliyah lainnya. Tetapi di Madrasah
Aliyah Ali Maksum ini hanya menambahkan kurikulum Depag dengan kurikulum
Kepesantrenan sebagai ciri khas Madrasah tersebut.
Mengingat betapa
pentingnya pengembangan kurikulum di Madrasah Aliyah Ali Maksum demi
tercapainya tujuan lembaga pendidikan secara menyeluruh maka Madrasah Aliyah
Ali Maksum berupaya semaksimal mungkin untuk mengembangkan dan menghasilkan
kurikulum yang benar-benar sesuai dengan yang diharapkan oleh semua pihak, baik
sekolah maupun masyarakat.
C. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah pokok penelitian
ini adalah:
Bagaimana Pelaksanaan Pengembangan
Kurikulum Madrasah Aliyah Yayasan Ali-Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta?
Dari masalah pokok ini ada beberapa
hal yang akan diteliti:
1.
Tujuan
2.
Bahan ajar
(materi)
3.
Proses
(metode dan media)
4.
Evaluasi
D. Alasan
Pemilihan Judul
Adapun alasan pemilihan judul dari
karya tulis ini adalah :
1. Pergantian kebijakan dalam pendidikan termasuk
pergantian kurikulum merupakan sesuatu yang selalu akan terjadi dan dalam
pelaksanaannya tentulah menemui permasalahan dan hambatan, oleh karena itu
perlu kiranya masalah-masalah tersebut untuk diteliti.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
kurikulum Madrasah Aliyah antara tahun 1994-2004, sehingga mampu meningkatkan
mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
E. Tujuan dan
Kegunaan Penelitian
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan
pengembangan kurikulum di Madrasah Aliyah Ali Maksum.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan kurikulum tersebut.
2. Kegunaan Penelitian
a. Memberikan masukan bagi Madrasah Aliyah Yayasan
Ali Maksum tentang pemberdayaan SDM dalam rangka pengembangan kurikulum.
b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi
Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan
Islam khususnya yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum.
c. Memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan pada
umumnya.
d.
Sebagai syarat
untuk memenuhi gelar sarjana Strata1 (S1) di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Fakultas Tarbiyah.
F.
Telaah Pustaka
1.
Skripsi-skripsi yang digunakan sebagai acuan penulisan
Sejauh pengamatan penulis, kajian tentang kurikulum telah
dilakukan oleh beberapa orang, dalam hal ini berkaitan dengan pelaksanaan
kurikulum pada sebuah lembaga atau institusi pendidikan. Sedangkan penelitian
yang khusus membahas tema seperti judul
penelitian ini memang sudah ada, akan tetapi untuk pembahasan kurikulum yang
baru masih belum ada. Dalam melakukan kajian pustaka penulis menemukan sebuah
penelitian tentang pembaharuan kurikulum yang ditulis oleh Sobariyah BT. Abu
Bakar (Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam lulus pada tahun 1990) yang
berjudul Pembaharuan Kurikulum Sekolah Menengah Di Malaysia (Tinjauan Tentang
Peningkatan Penerapan Nilai-nilai Islam). Garis besar dari judul skripsi ini
adalah mengenai pembaharuan atau perubahan yang dilaksanakan dalam Kurikulum
Sekolah Menengah Biasa di Malaysia serta penerapan nilai-nilai Islam dalam
pelaksanaan kurikulum tersebut. Kurikulum yang dikenal dengan sebutan Kurikulum
Bersepadu Sekolah Sekolah Menengah (KBSM) merupakan kurikulum baru bagi
sekolah-sekolah menengah di Malaysia yang mulai dilaksanakan pada tahun
1988/1989.
Kemudian skripsi saudari Fitriyana (Fakultas Tarbiyah Jurusan
Kependidikan Islam yang lulus pada tahun 2001) yang membahas tentang
Pengembangan Kurikulum Di SMU Takhassus Al-Qur’an Kalibeber Wonosobo, adapun
didalamnya dibahas mengenai suatu kegiatan dalam rangka mengembangkan kurikulum
yang dilaksanakan oleh SMU TakhassusAl-Qur’an Kalibeber Wonosobo untuk
menghasilkan kurikulum yang lebih baik.
Kemudian skripsi saudari Fatkhul Hidayati (Fakultas Tarbiyah
Jurusan Kependidikan Islam yang lulus pada tahun 1995) yang membahas tentang
Perkembangan Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun 1975-1994, adapun didalamnya
dibahas mengenai bagaimana pengungkapan fakta-fakta tentang perjalanan sejarah
perkembangan kurikulum Madrasah Aliyah dari tahun 1975-1994.
Kemudian skripsi saudari Nurul Imamah (Fakultas Tarbiyah
Jurusan Kependidikan Islam yang lulus pada tahun 2003) yang membahas tentang
Kurikulum Berbasis Kompetensi Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Didik
(Perspektif Pendidikan Islam), adapun didalamnya dibahas mengenai suatu upaya penelitian ilmiah untuk
mengetahui kurikulum berbasis kompetensi dalam mengembangkan kreativitas anak
didik (perspektif pendidikan Islam). Ingin mengkaji secara mendalam konsep
kurikulum berbasis kompetensi itu sendiri dalam mengembangkan kreativitas anak
didik, dalam perspektif pendidikan Islam.
2.
Buku-buku yang digunakan sebagai acuan penulisan
Dalam bukunya Prof. DR. Nana Saodih Sukmadinata, yang
berjudul “Pengembangan Kurikulum teori dan praktek”, ditekankan tentang
kurikulum sebagai rancangan pendidikan yang berawal dan dan bertolak dari
pengembangan kurikulum pendidikan.
Drs. H. Muhammad Ali, M.Pd., M.A., dalam bukunya “Pengembangan
Kurikulum Di Sekolah”, dikatakan bahwa pengembangan kurikulum di sekolah
pada dasarnya merupakan penyusunan kurikulum berdasarkan kurikulum resmi untuk
dijadikan pegangan dalam pelaksanaan di sekolah.
Dalam bukunya S. Nasution, Pengembangan Kurikulum,
dijelaskan bahwa untuk dapat menghasilkan suatu kurikulum yang rasional dan
aplicable (dapat dilaksanakan) diperlukan kerjasama yang erat antara berbagai
pihak. Itulah sebabnya guru sebagai salah satu aparat yang perlu dilibatkan
dalam pengembangan kurikulum perlu mempunyai pengetahuan dasar dalam
pengembangan kurikulum.
Kemudian Oemar Hamalik, dijelaskan dalam bukunya Pengembangan
Kurikulum: dasar-dasar dan perkembangannya, dijelaskan bahwa kurikulum
disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap
perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan
pembangunan nasional perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing suatu pendidikan.
Dalam bukunya Dr. E. Mulyasa, M.Pd., yang berjudul “Kurikulum
Berbasis Kompetensi”, ditekankan tentang bagaimana Kurikulum Berbasis
Kompetensi diharapkan mampu memecahkan berbagai persoalan bangsa, khususnya
dalam bidang pendidikan, dengan mempersiapkan peserta didik, melalui
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap sistem pendidikan secara
efektif, efisien, dan berhasil guna.
Dan juga dalam bukunya Abdul Majid, S.Ag dan Dian Andayani,
S.Pd, yang berjudul “Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi”,
dijelaskan bahwa implementasi KBK dalam PAI merupakan pengembangan kurikulum
pada tingkat bidang studi (penyusunan silabus) dan pelaksanaan pembelajaran
(actual curriculum), yang mencakup Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Dilihat dari beberapa judul skripsi diatas memang sudah
banyak yang mengkaji tentang kurikulum, akan tetapi dalam penulisan-penulisan
skripsi diatas belum ada yang membahas secara khusus tentang pengembangan
kurikulum di Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
Oleh karena itu penulis mencoba untuk membahas mengenai pengembangan kurikulum
di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
G. Kerangka Teoritik
Dalam rangka
menjelaskan konsep pengembangan kurikulum, maka kami bagi pembahasan ini
menjadi dua yaitu:
1. Anatomi (Komponen-komponen Kurikulum)
Kurikulum
dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia ataupun binatang, yang
memiliki susunan anatomi tertentu.unsur-unsur atau komponen-komponen dari
anatomi tubuh kurikulum yang utama adalah tujuan, isi atau materi, proses atau
sistem penyampaian dan media, serta evaluasi. Keempat komponen tersebut
berkaitan satu sama lain.
Suatu
kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi dua
hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan,
kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian antara
komponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai
dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan
tujuan kurikulum.[22]
1) Tujuan
Dalam kurikulum pendidikan dasar dan
menengah 1975/1976 dikenal kategori tujuan sebagai berikut. Tujuan pendidikan
nasional merupakan tujuan jangka panjang, tujuan ideal pendidikan bangsa
Indonesia. Tujuan institusional, merupakan sasaran pendidikan sesuatu lembaga
pendidikan. Tujuan kurikuler, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu
program studi. Tujuan instruksional yang merupakan target yang harus dicapai
oleh sesuatu mata pelajaran. Yang terakhir ini, masih dirinci lagi menjadi
tujuan instruksional umum dan khusus atau disebut juga objektif, yang
merupakan tujuan pokok bahasan.[23]
2) Bahan ajar
Ada
beberapa cara untuk menyusun sekuens bahan ajar, yaitu:
a) Sekuens kronologis. Untuk menyusun bahan ajar yang mengandung
urutan waktu, dapat digunakan sekuens kronologis. Peristiwa-peristiwa sejarah,
perkembangan historis suatu institusi, penemuan-penemuan ilmiah dan sebagainya
dapat disusun berdasarkan skuens kronologis.
b) Sekuens kausal. Masih berhubungan erat dengan sekuens
kronologis adalah sekuens kausal. Siswa dihadapkan pada peristiwa-peristiwa
atau situasi yang menjadi sebab atau pendahulu dari sesuatu peristiwa atau
situasi lain. Dengan mempelajari sesuatu yang menjadi sebab atau pendahulu para
siswa akan menemukan akibatnya. Menurut Rowntree “skuens kausal cocok untuk
menyusun bahan ajar dalam bidang meteorologi dan geomorfologi”.
c) Sekuens struktural. Bagian-bagian bahan ajar suatu bidang studi
telah mempunyai struktur tertentu. Penyusunan sekuens bahan ajar bidang studi
tersebut perlu disesuaikan dengan strukturnya. Dalam fisika tidak mungkin
mengajarkan alat-alat optik, tanpa terlebih dahulu mengajarkan pemantulan dan
pembiasan cahaya, dan pemantulan dan pembiasan cahaya tidak mungkin diajarkan
tanpa terlebih dahulu mengajarkan masalah cahaya. Masalah cahaya,
pemantulan-pembiasan, dan alat-alat optik tersusun secara struktural.
d) Sekuens logis dan psikologis. Bahan ajar juga dapat disusun berdasarkan
urutan logis. Rowntree melihat perbedaan antarasekuens logis dengan psikologis.
Menurut sekuens logis bahan ajar dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan,
dari yang sederhanakepada yang kompleks, tetapi menurut sekuens psikologis
sebaliknya dari keseluruhan kepada bagian, dari yang kompleks kepada yang
sederhana. Menurut sekuens logis bahan ajar disusun dari yang nyata kepada yang
abstrak, dari benda-benda kepada teori, dari fungsi kepada struktur, dari
masalah bagaimana kepada mengapa.
e) Sekuens spiral, dikembangkan oleh Bruner. Bahan ajar
dipusatkan pada topik atau pokok bahan tertentu. Dari topik atau pokok tersebut
bahan diperluas dan diperdalam. Topik atau pokok bahan ajar tersebut adalah
sesuatu yang popular dan sederhana, tetapi kemudian diperluas dan diperdalam
dengan bahan yang lebih kompleks.
f) Rangkaian ke belakang. (backward chaining), dikembangkan oleh Thomas
Gilbert. Dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah terakhir dan mundur
kebelakang. Contoh, proses pemecahan masalah yang bersifat ilmiah, meliputi 5
langkah, yaitu: (a) Pembatasan masalah (b) Penyusunan hipotesis, (c)
Pengumpulan data, (d) Pengetesan hipotesis, (e) Interpetasi hasil tes. Dalam
mengajarnya mulai dengan langkah, (e) kemudian guru menyajikan data tentang sesuatu masalah dari
langkah (a) sampai (d),dan siswa diminta untuk membuat interpretasi hasilnya
(e). pada kesempatan lain guru menyajikan data tentang masalah lain dari
langkah (a) sampai (c) dan siswa diminta untuk mengadakan pengetesan hipotesis
(d) dan seterusnya.
g) Sekuens berdasarkan hierarki belajar. Model ini
dikembangkan oleh Gagne, dengan prosedur sebagai berikut: tujuan-tujuan khusus
utama pembelajaran dianalisis, kemudian dicari suatu hierarki urutan bahan ajar
untuk mencapai tujun-tujuan tersebut. Gagne mengemukakan 8 tipe yang tersusun
secara hierarkis mulai dari yang paling sederhana: signal learning,
stimulus-respons learning, motor-chain learning, verbal association, multiple
discrimination, concept learning, principle learning, dan problem-solving
learning.[24]
3) Strategi mengajar
Penyusunan sekuens bahan ajar
berhubungan erat dengan strategi atau metode mengajar. Pada waktu guru menyusun
skuens suatu bahan ajar, ia juga harus memikirkan strategi mengajar mana yang
sesuai dengan untuk menyajikan bahan ajar dengan urutan seperti itu.
Ada beberapa strategi yang dapat
digunakan dalam mengajar. Rowntee membagi strategi mengajar itu atas Exposition-Discovery
Learning dan Groups-Individual Learning. Ausubel and Robinson
membaginya atas strategi Reception Learning-Discovery Learning dan Rote
Learning-Meaningful Learning.
a) Reception/Exposition Learning-Discovery Learning.
Reception dan exposition sesungguhnya mempunyai makna yang sama, hanya
berbeda dalam pelakunya. Reception learning dilihat dari sisi siswa
sedangkan expotion dilihat dari sisi guru.
b) Rote Learning-Meaningful Learning.
Dalam rote learning bahan ajar disampaikan
kepada siswa tanpa memperhatikan arti atau maknanya bagi siswa. Siswa menguasai
bahan ajar dengan menghafalkannya. Dalam meaningful learning penyampaian bahan
mengutamakan maknanya bagi siswa. Menurut Ausubel and Robinsin sesuatu bahan
ajar bermakna bila dihubungkan dengan struktur kognitif yang ada pada siswa.
c) Group Learning-Individual Learning.
Pelaksaan discovery learning
menuntut menuntut aktivitas belajar yang bersifat individual atau dalam
kelompok-kelompok kecil. Discovery learning dalam bentuk kelas pelaksanaannya
agak sukar dan mempunyai beberapa masalah. Masalah pertama, karena kemampuan
dan kecepatan belajar siswa tidak sama. Dan masalah lain adalah kemungkinan
untuk bekerja sama, dalam kelas besar tidak mungkin semua anak dapat bekerja
sama.
4) Media mengajar
Rowntree mengelompokkan media mengajar
menjadi lima macam dan disebut modes, yaitu Interaksi insani, realita,
pictorial, symbol tertulis, dan rekaman suara.
a) Interaksi insani. Media ini merupakan komunikasi langsung
antara dua orang atau lebih. Dalam komunikasi tersebut kehadiran sesuatu pihak
secara sadar atau tidak sadar mempengaruhi perilaku yang lainnya. Terutama
kehadiran guru mempengaruhi siswa-siswanya.
b) Realita. Realita merupakan bentuk perangsang nyata seperti orang-orang,
bintang, benda-benda, peristiwa, dan sebagainya yang diamati siswa.
c) Pictorial. Media ini menunjukkan penyajian sebagai bentuk variasi gambar dan
diagram nyata ataupun symbol, bergerak atau tidak, dibuat diatas kertas, film,
kaset, disket, dan media lainnya.
d) Simbol tertulis, simbol tertulis merupakan media penyajian
informasi yang paling umum, tetapi tetap efektif. Ada beberapa macam bentuk
media simbol tertulis seperti buku teks, buku paket, paket program belajar,
modul, dan majalah-majalah.
e) Rekaman suara. Berbagi bentuk informasi dapat disampaikan kepada anak dalam bentuk
rekaman suara.[25]
5) Evaluasi
Komponen utama selanjutnya setelah
rumusan tujuan, bahan ajar, strategi mengajar, dan media mengajar adalah
evaluasi dan penyempurnaan. Tiap kegiatan akan memberikan umpat balik, demikian
juga dalam pencapaian tujuan-tujuan belajar dan proses pelaksanaan mengajar.
Umpan balik tersebut digunakan untuk mengadakan berbagai usaha penyempurnaan
baik bagi penentuan dan perumusan tujuan mengajar, penentuan sekuens bahan
ajar, strategi, dan media mengajar.
a) Evaluasi hasil belajar-mengajar
Menurut lingkup luas bahan dan jangka waktu
belajar dibedakan antara evaluasiformatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif ditujukan untuk menilai
penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan belajar dalam jangka waktu yang relatif
pendek.
Evaluasi sumatif ditujukan untuk menilai
penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan yang lebih luas, sebagai hasil usaha
belajar dalam jangka waktu yang cukup lama, satu semester, satu tahun atau
selama jenjang pendidikan.
b) Evaluasi pelaksanaan mengajar
Komponen-komponen yang dievaluasi dalam
pengajaran bukan hanya hasil belajar-mengajar tetapi keseluruhan pelaksanaan
pengajaran, yang meliputi evaluasi komponen tujuan mengajar, bahan pengajaran
(yang menyangkut skuens bahan ajar), strategi dan media pengajaran, serta
komponen evaluasi mengajar sendiri.[26]
2. Desain Kurikulum
Berdasarkan pada
apa yang menjadi fokus pengajaran, sekurang-kurangnya dikenal tiga pola desain
kurikulum, yaitu:
a.
Subject centered design, suatu desain kurikulum
yang berpusat pada bahan ajar.
b. Learner centered design, suatu desain kurikulum yang mengutamakan
peranan siswa.
c. Problems centered design, desain kurikulum yang berpusat pada
masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat.
Walaupun bertolak dari hal yang sama,
dalam suatu pola desain terdapat beberapa variasi desain kurikulum. Dalam subject
centered design, dikenal ada: the subject design, the disciplines design
dan the broad fields design. Pada problems centered design
dikenal pula dengan areas of living design dan the core design.
3. Dasar
Pengembangan Kurikulum
a. Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang
merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa disekolah.
Merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum. Disana semua konsep,
prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat dan kemampuan guru diuji untuk
mewujudkan kurikulum yang nyata dan hidup sesuai dengan tuntutan dan tantangan
perkembngan masyarakat.[27]
b. Dengan prinsip dan model pengembangan kurikulum
yang telah dikembangakan dalam lembaga pendidikan akan lebih jelas jika kita
memandang kurikulum sebagai sebuah komponen dasar dan tubuh kurikulum dengan
komponen ini akan lebih jelas dalam mengerahkan anak didik sebagai subyek didik
yang harus dikembangkan. Menurut Nana Syaodih komponen kurikulum terdiri dari :
1) Tujuan-tujuan kurikulum
2) Bahan ajar (materi)
3) Strategi (metode)
4) Media (alat)
5) Evaluasi pengajaran
Evaluasi
ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta
menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan. Tiap kegiatan akan
memberikan umpan balik, demikian juga dalam pencapaian tujuan-tujuan belajar
dan proses pelaksanaan mengajar.[28]
4. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
Seiring
perkembangan tatanan masyarakat yang ditandai oleh perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi, tuntutan adanya kurikulum yang sesuai dengan zamannya
menjadi relevan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kurikulum menurut Nana
Syaodih adalah :
a. Perguruan tinggi, dimana perguruan tinggi
mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi perkembangan dalam perkembangan dalam pendidikan serta persiapan guru
(tenaga pendidik) yng memahami terhadap bidangnya.
b. Masyarakat, sekolah merupakan bagian dari
masyarakat dan mempersiapkan anak untuk hidup dimasyarakat.
c. Sistem nilai, dimana lingkungan terdapat sistem
nilai yang menentukan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang dibentuk oleh
masyarakat hendaknya mampu memelihara dan meneruskan nilai-nilai pemahaman
nilai hendaknya tidak dipahami secara kognitif dan menghafal tetapi tetapi
perlu internalisasi nilai-nilai terhadap siswa.[29]
5. Hambatan-hambatan
Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan antara lain:
a) Kemampuan guru, hambatan yang dilami karena
kurang waktu, kurang kerjasama dengan guru lain, pengetahuan yang kurang.
b)
Masyarakat sebagai umpan balik
c)
Biaya sebagai kekuatan
finansial.[30]
Sedangkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan
pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserts didik,
berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Kurikulum Berbasis
Kompetensi diarahkan untuk mengembangkan kemampuan, pemahaman, pengetahuan,
nilai, sikap dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk
kemahiran ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.[31]
Kurikulum ini
sendiri sebagai pergeseran penekanan dari content atau isi (apa yang tertuang)
ke kompetensi (bagaimana harus berfikir, belajar dan melakukan) dalam
kurikulum. Kurikulum Berbasis Kompetensi dapat dibilang sebagai kurikulum
humanistik, karena kurikulum humanistik lebih memberikan tempat utama kepada
anak didik.
Kurikulum
Berbasis Kompetensi sendiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)
Menekankan
pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual maupun klasikal.
2)
Berorientasi
pada hasil belajar dan keberagaman.
3)
Penyampaian
pada pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4)
Sumber
belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar yang lainnya memenuhi
unsure edukatif.
5)
Penilaian
menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasa atau pencapaian suatu
kompetensi.[32]
Sedangkan kalau
kita melihat konsep kurikulum bahwa dalam upaya menerapkan, mengimplementasikan
dan mengelola kurikulum memiliki peranan yang meliputi :
a) Peranan Konservatif
Kurikulum harus mampu menafsirkan
dan mewariskan nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam masyarakat yang
mengandung makna dalam membina perilaku anak didik.
b) Peranan Kreatif
Kurikulum harus mampu melaksanakan
kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti harus menyusun atau
mendesain pengalaman belajar yang bersumber dari masyarakat dan dibuat dalam
bentuk mata pelajaran yang akan disajikan pada anak didik. Upaya ini dapat
membantu mengembangkan semua potensi yang ada pada anak didik. Dengan demikian,
kurikulum diharapkan akan dapat membawa para siswa menuju masyarakat yang
berbudaya, ini berarti bahwa kurikulum harus mampu mendorong dan membuat para
siswa berkembang daya kreatifnya.
c) Peran Kritis dan Evaluatif
Kurikulum amat berperan aktif
sebagai kontrol sosial dan menekankan pada unsur berfikir kritis.[33]
Jadi sebuah
kurikulum itu harus memiliki peranan aktif dan evaluatif guna pengembangan
dalam proses belajar.
Maka dari itu Kurikulum Berbasis
Kompetensi harus bisa berperan secara konservatif, kreatif, kritis dan
evaluatif, sehingga mampu menciptakan sumber daya manusia (out put pendidikan)
yang perofesional dan kreatif.
H. Metode Penelitian
Adapun
metode-metode yang dipakai penulis dalam rangka penelitian ini yaitu meliputi
Metode Penentuan Subyek atau Sumber Data, Metode Pengumpulan Data dan Metode
Analisa Data.
1.
Metode
Penentuan Subyek atau Sumber data
Sebelum
memperoleh data yang dapat dijadikan sebagai informasi dalam pemecahan masalah
secara ilmiah penulis menentukan terlebih dahulu subyek yang akan diteliti.
Menurut Drs.
Anas Sudijono dalam bukunya Metodologi Research dan Bimbingan Skripsi
disebutkan bahwa:
Metode
penentuan subyek juga sering disebut metode penentuan sumber data, yaitu
menentukan populasi sebagai tempat diperoleh data. Yang
dimaksud dengan populasi disini
adalah keseluruhan yang seharusnya menjadi sarana penelitian.[34]
Sedangkan
menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya Manajemen Penelitian disebutkan
bahwa sumber data adalah benda, hal atau
orang tempat peneliti mengamati, membaca atau bertanya tentang data. Secara
umum sumber data dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni orang, kertas atau
dokumen dan tempat berlangsungnya suatu kegiatan.[35] Yang dijadikan sumber dalam penelitian di
Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta adalah :
1)
Kepala
Sekolah Madrasah Aliyah Ali Maksum
2)
Team Sie.
Akademik, pengajaran dan kurikulum
3)
Guru dan
karyawan Tata Usaha
2. Metode Pengumpulan Data
Yang dimaksud
cara mengumpulkan data disini adalah proses diperolehnya data dari sumber data,
sedangkan sumber data adalah subjek dari penelitian dimaksud.[36]
Dalam
pengumpulan data ini, penulis menggunakan beberapa metode antara lain :
a. Metode Observasi
Sebagai metode
ilmiah observasi dapat diartikan sebagai metode yang berfungsi untuk
pengamatan dan pencatatan
dengan sistematik
fenomena-fenomena yang diselidiki.[37]
Metode ini
penulis gunakan untuk mengamati dan mencatat situasi belajar-mengajar secara
umum, sarana dan prasarana (keadaan fisik sekolah, dan lain sebagainya), letak
geografis dan seluruh data yang diperlukan dalam penelitian ini.
b. Metode Interview
Yaitu metode
pengumpulam data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara
sistematis berdasarkan pada tujuan penelitian.[38]
Interview
(wawancara) sebagai metode untuk memperoleh data dengan mengadakan tanya jawab
langsung dengan pertanyaan yang telah disusun. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan interview bebas terpimpin. Dimana jenis-jenis pertanyaan sudah
dipersiapkan dengan cermat, namun cara penyampaiannya dengan bebas, tidak
terikat oleh pertanyaan dan dengan kebebasan akan dicapai kewajaran secara
maksimal, sehingga diperoleh data secara maksimal.[39]
Metode ini akan
penulis pergunakan untuk memperoleh data antara lain tentang :
1)
Sejarah
berdirinya Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum
2)
Keadaan
guru, siswa, organisasi dan sarana prasarana yang diteliti
3)
Pengembangan
Kurikulum di Madrasah Aliyah Ali Maksum
c. Metode Dokumentasi
Yang dimaksud
metode dokumentasi disini adalah metode untuk mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan/transkrip, buku-buku dan lain-lain yang
berhubungan dengan penelitian.[40]
Metode ini
penulis pergunakan untuk mengetahui tentang :
1. Daftar latar belakang pendidikan guru Madrasah
Aliyah Ali Maksum
2. Jumlah guru dan daftar nama-namanya
3. Jumlah siswa Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum
4. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Yayasan Ali
Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
5. Data-data sebagai pedoman bagi pengembangan
kurikulum
3. Metode Analisa Data
Yang dimaksud
menganalisis data adalah menyeleksi dan menyusun serta menafsirkan data yang
sudah masuk dengan tujuan agar data tersebut dapat dimengerti isi atau
maksudnya, karena data yang sudah masuk atau terkumpul itu belum dapat
berbicara sebelum dianalisa dan diinterpretasikan.
Menurut Prof.
Dr. Winarno Surakhmad metode analisa data adalah usaha yang konkrit untuk
membuat data itu “berbicara”.[41]
Untuk data
kualitatif menggunakan metode deskriptif analitik non statistik dengan cara
berfikir:
a. Deduktif
, yaitu pengambilan kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum kesuatu
pernyataan yang bersifat khusus.[42] Metode ini digunakan untuk memperoleh gambaran
umum pelaksanaan pengembangan kurikulum madrasah dari tahun 1994-2004.
b. Induktif , yaitu penarikan kesimpulan
dari pernyataan yang bersifat khusus kesuatu yang bersifat umum.[43] Metode ini digunakan untuk melihat secara
detail perkembangan kurikulum Madrasah Aliyah dari tahun 1994-2004, serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
c. Deskriptif analitik, metode ini digunakan untuk menyusun data yang
telah dikumpulkan, dijelaskan, kemudian dianalisa.[44] Adapun pendekatan yang dipakai dalam
pembahasan skripsi ini adalah pendekatan historis yakni pendekatan yang
dilakukann dengan upaya merekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif
yaitu dengan cara mengumpulkan, mengoreksi, memferivikasi dan mensintesiskan
bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan.[45]
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika
keruntutan logika dan konsistensi gagasan merupakan sesuatu yang penting dalam
sebuah tulisan. Hal ini sangat membantu dalam memahami gagasan-gagasan pokok,
baik yang tersirat maupun yang tersurat dalam tulisan tersebut. Karena itu
penulisan ini disajikan dengan sistematika sebagai berikut :
Bab satu, berisi
Pendahuluan terdiri dari Penegasan Istilah, Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Alasan Pemilihan Judul, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka
Teoritik, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
Bab dua, berupa
Gambaran Umum Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta yang terdiri dari Letak Geografis, Sejarah Singkat Berdirinya,
Keadaan Siswa, Guru dan Karyawan, Keadaan Sarana dan Fasilitas Madrasah,
Struktur dan Personalia Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren
Krapyak Yogyakarta.
Bab tiga, berupa
Pengembangan Kurikulum Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren
Krapyak Yogyakarta yang terdiri dari Landasan Pengembangan Kurikulum, Tujuan
Pengembangan Kurikulum, Materi yang dikembangkan, dan Metode dan Pengembangannya.
Bab empat,
berupa Materi Kurikulum Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren
Krapyak Yogyakarta yang terdiri dari Kurikulum 1994, Kurikulum 2004, Perbedaan
antara Kurikulum 1994 dengan Kurikulum 2004, Faktor pendukung dan penghambat
dalam pengembangan kurikulum, dan Usaha-usaha untuk mengatasi hambatan yang
timbul.
Bab lima,
Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran-saran, Kata Penutup.
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qadir Jaelani, (1994), Peran
Ulama Santri Dalam Politik di Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya.
Abu Hamid, Taufiah Abdullah,
(1983)., Sistem Pendidikan Madrasah dan Pesantren di Sulawesi Selatan, Agama
dan Perubahan Sosial, Rajawali, Jakarta.
Ahmad, dkk, (1997), Pengembangan
Kurikulum, Pustaka Setia, Bandung.
A.D. Marimba, (1989), Pengantar
Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Bandung.
Anas Sudijono, (1983), Metodologi
Research dan Bimbingan Skripsi., UD Kami, Yogyakarta.
____________, (2001), Pengantar Evaluasi
Pendidikan., PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
____________, (1999), Pengantar
Statistik Pendidikan, Rajawali Pers, Jakarta.
A.W. Munawwir, (1984), Kamus
Al-Munawwir Arab-Indonesia., Pustaka Progressif, Yogyakarta.
Cece Wijaya, dkk, (1992), Upaya
Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Cholid Narbuko-Abu Ahmadi, Metodolgi
Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm. 115
Departemen Agama RI, (1985), Pedoman
Pembinaan Pondok Pesantren, Proyek Pembinaan Pondok Pesantren, Jakarta.
Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, (1990), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional,
(2002), Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pusat Kurikulum
Balitbang, Jakarta.
Harun Nasution, (1992), Pembaharuan
dalam Islam. Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Bulan Bintang, Jakarta.
Hilda Taba dalam tulisan S.
Nasution, (1995), Asas-Asas Kurikulum, Bumi Aksara, Jakarta.
Hirimurti Kridalaksana, (1993),
Kamus Linguistik, Gramedia, Jakarta.
H.M. Arifin, (1994), Filsafat
Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta.
Imam Barnadib, (1990), Filsafat
Pendidikan Islam Sistem dan Metode, Andi Offset, Yogyakarta.
Iskandar Wiryokusumo, Usman
Mulyadi, (1988), Dasar Pengembangan Kurikulum, Bina Aksara, Jakarta.
Jalaludin Rakhmad, (1994), Metode
Penelitian Komunikasi, Remaja Karya, Bandung.
John M. Echols dan Hasan
Shadily, (1992), Kamus Inggris-Indonesia, Gramedia, Jakarta.
Maksum, (1999), Madrasah
Sejarah dan Perkembangannya, Logos Wacana, Jakarta.
Malik Fadjar, (1998), Madrasah
dan Tantangan Modernitas, Mizan, Bandung.
Marwan Saridjan, (1996), Bunga
Rampai Pendidikan Agama Islam, CV. Amissco, Jakarta.
Mukti Ali, (1971), Beberapa
Masalah Pendidikan di Indonesia, Yayasan Nida, Yogyakarta.
M. Subana, M.Pd., (2001), Dasar-Dasar
Penelitian Ilmiah, Pustaka Setia, Bandung.
Nana Syaodih Sukmadinata,
(1999), Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Nurcholis Madjid, (1997), Bilik-Bilik
Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, Paramadina, Jakarta.
Oemar Hamalik, (1995), Kurikulum
dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.
Pius A. Partanto, M. Dahlan
Al-Bony, ( ), Kamus Bahasa
Indonesia Populer, Arkplla, Sulawesi.
Suharsimi Arikunto, (2002), Kurikulum
Berbasis Kompetensi, LPS, Yogyakarta
________________, (1998), Manajemen
Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
_________________, (1983), Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Aneka Cipta, Jakarta.
Sutrisno Hadi, (1987), Metodologi
Research I, Hadi Offset, Yogyakarta.
___________, (1985), Metodologi Research,
jilid 2, Yayasan Penerbitan Fak. Psikologi UGM, Yogyakarta.
S. Nasution, (1991), Pengembangan
Kurikulum, Citra Aditya, Bandung.
__________, (1993), Pengembangan Kurikulum, Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Tesis Siswadi, (2000), Ibnu
Khaldun dan Progressivisme (Analisis Komparatif Konsep Belajar),
Yogyakarta.
Winarno Surakhmad, (1982), Pengantar
Penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung.
_________________, (1984), Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode
dan Teknik, Tarsito, Bandung.
W.J.S. Poerwadarminta, (1982), Kamus
Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Zakiyah Daradjat, (1996), Ilmu
Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta.
Zamakhsyari Dhofier, (1994), Tradisi
Pesantren, Studi Tentang Pandangan Terhadap Kiyai, LP3ES, Yogyakarta.
Zamroni, (2000), Paradigma
Pendidikan Masa Depan, Bigraf Publishing, Yogyakarta.
BAB II
H. GAMBARAN
UMUM MADRASAH ALIYAH YAYASAN
I. ALI
MAKSUM PONDOK PESANTREN KRAPYAK YOGYAKARTA
Letak Geografis
Madrasah
Aliyah Yayasan Ali Maksum pondok pesantren Krapyak Yogyakarta terletak di jalan
KH. Ali Maksum PO. BOX. 1165 Yogyakarta 55001. berada di Dusun Krapyak, Desa
Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Dusun
Krapyak berbatasan antara lain :
Sebelah Barat : Desa Dongkelan
Sebelah Utara : Kecamatan Jogokaryan
Sebelah Timur : Dusun Kalasan
Sebelah Selatan : Dusun Janganan, Kecamatan Sewon
Secara
geografis, jarak Dusun Krapyak dengan Desa Panggungharjo 1,5 km, dengan ibukota
kecamatan 2,5 km. Dengan demikian, secara geografis Dusun Krapyak berada lebih
dekat dengan ibukota propinsi daripada ibukota kabupaten.
Sejarah Singkat Berdirinya
Sejarah berdiri dan perkembangan Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta tidak bisa terlepas dari sejarah Pondok
Pesantren Al-Munawwir yang didirikan oleh KH. M. Munawwir pada tanggal 15
November 1910 dengan nama Pondok Pesantren Krapyak karena memang terletak
didusun Krapyak. Lalu pada tahun 1976 diubah menjadi Pondok Pesantren
Al-Munawwir Krapyak. Pondok pesantren ini terkenal hingga sekarang dengan
pesantren Al-Qur’annya.
Lalu pada perkembangannya, pondok AL-Munawwirtidak lagi
mengkhususkan pengajaran dibidang Al-Qur’an saja, melainkan merambah
keilmu-ilmu lainnya, seperti pendalaman kitab kuning yang disusul dengan
penerapan sistem madrasah (klasikal) yang pada gilirannya melahirkan
lembaga-lembaga madrasah.
Pertumbuhan Pondok Pesantren Al-Munawwir dapat dilihat dari
periodisasi kepemimpinan sebagaimana berikut:[46]
1.
Periode KH. M. Munawwir
(1911-1942)
Pada
periode pertama ini, kepemimpinan Pondok Pesantren dipegang oleh KH. M.
Munawwir. Kegiatan pendidikan pada masa ini dispesialisasikan pada pengajian
Al-Qur’an, baik dengan cara menghafal (bil-ghaib) ataupun dengan cara membaca
(bin-nadlor), sedangkan pelajaran kitab kuning pada saat itu hanya sebagai
pelajaran tambahan.
2.
Periode KH. Abdullah
Affandi, KH. Abdul Qadir (1942-1968)
Sepeninggal
KH. M. Munawwir kepemimpinan Pondok Pesantren dipegang oleh kedua putra beliau
yaitu KH. R. Abdullah Affandi dan KH. R. Abdul Qadir. KH. R. Abdullah Affandi
selain menjabat sebagai pimpinan umum, beliau juga menangani, hubungan antara
pesantren dengan dunia luar (ekstern). KH. R. Abdul Qadir selain menjabat
sebagai pengasuh pengajian Al-Qur’an juga menangani urusan intern Pondok
Pesantren. Dan saat itu KH. Ali-Maksum sebagai penanggung jawab pengajian kitab
kuning.
Pada
periode ini Pondok Pesantren mengalami perkembangan yang pesat, sehingga
melahirkan banyak lembaga pendidikan antara lain :
1.
Madrasah Ibtida’iyyah Putra,
berdiri tahun 1946
2.
Madrasah Banat, berdiri tahun
1951
3.
Madrasah Khuffadz, berdiri
tahun 1955
4.
Madrasah Tsanawiyyah Putra,
berdiri tahun 1948
5.
Sekolah Menengah Pertama
(eksakta), berdiri tahun 1950
6.
Madrasah Aliyah Putra, berdiri
tahun 1955
7.
Madrasah Diniyyah, berdiri
tahun 1960
8.
Madrasah Tsanawiyyah 6 Tahun,
berdiri tahun 1962.
Selama
19 tahun KH. R. Abdul Qadir bersama saudaranya mengelola dan mengembangkan
Pondok Pesantren yang telah dirintis ayahandanya, banyak menghasilkan hafidz
dan hafidzah yang juga mendirikan Pondok Pesantren di kampung halamannya.
Beliau wafat pada tanggal 02 Februari 1961. Tujuh tahun kemudian tepatnya 10
Januari 1968 KH. R. Abdul Qadir wafat menyusul adiknya.
3.
Periode KH. Ali Maksum
Sebagaimana
yang telah diuraikan diatas, KH. Ali Maksum sudah mulai ikut membina pesantren
sejak tahun 1943 dan baru menjadi kyai sejak KH. R. Abdullah, kakak ipar beliau
wafat. Sejak waktu itu kepemimpinan Pondok Pesantren Al-Munawwir dipegang oleh
KH. Ali Maksum.
Pada
periode ini, Pondok Pesantren Al-Munawwir mengalami perkembangan yang semakin
pesat. Pada bidang pendidikan, dengan dibantu oleh adik-adik ipar beliau, para
santri senior digembleng dan ditempa sebagai kader-kader yang disiapkan dalam
menangani dan mengembangkan Pondok Pesantren. Diantaranya: KH. Zainal Abidin,
KH. Zaini Munawwir, KH. Dalhar Munawwir, KH. Warson Munawwir, KH. Ahmad
Munawwir, KH. Mufid Mas’ud, KH. Attabik Ali, KH. Muhammad Hasbullah, KH. R.
Najib Abdul Qadir dan lain-lain. Pada masa ini dikembangkan beberapa lembaga
pendidikan klasikal baru diantaranya :
1.
Madrasah Tsanawiyyah 3 tahun
putra-putri, berdiri 1978
2.
Madrasah Aliyah 3 tahun
putra-putri berdiri tahun 1978
3.
Madrasah Takhassus Bahasa Arab
dan Syari’ah.
Selain
itu dikembangkan pula pengajian kitab seperti sorogan, bandongan, mumarosah,
dan ketrampilan lainnya. Pada masa KH. Ali Maksum juga dibentuk Korps Dakwah
Mahasiswa yang disingkat KODAMA beranggotakan santri-santri senior berstatus
mahasiswa dari berbagai perguruan tinggin di Yogyakarta. Lembaga ini memiliki
obyek desa binaan didaerah Kabupaten Bantul dan Kodya Yogyakarta.
Pada
tahun 1989, tepatnya setelah Muktamar NU’ ke-28 di Pondok Pesantren Al-Munawwir
Krapyak, KH. Ali Maksum wafat. Sepeninggal beliau pondok pesantren dikembangkan
menjadi dua pengelolaan yaitu pendidikan formal dan non formal. Pendidikan
formal yang meliputi Madrasah Diniyyah, Madrasah Tsanawiyyah dan Madrasah
Aliyah penanganannya diserahkan pada KH. Zainal Abidin Munawwir dengan tetap
bernama Pondok Pesantren Al-Munawwir.
Disamping
pengajian kitab bin Nadlor wal Ghaib, berdiri pula Lembaga Kajian Islam
Mahasiswa dengan sistem sks dengan lama pendidikan 8 semester. Dengan demikian
lembaga pendidikan yang ada dibawah bendera Ali Maksum adalah:
1.
LKIM (Lembaga Kajian Islam
Mahasiswa)
2.
Madrasah Diniyyah Putra-Putri
3.
Madrasah Huffadz Putra-Putri
4.
Madrasah Tsanawiyyah
Putra-Putri
5.
Madrasah Aliyah Putra-Putri
Keadaan Siswa, Guru dan Karyawan
Keadaan
Siswa
Setiap calon siswa yang hendak masuk
kedalam sekolah melewati test terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar
bisa memperlancar pengumpulan dan penyaringan data tentang siswa untuk selanjutnya
dilakukan pengelompokan siswa.[47]
Hal ini sesuai dengan Test Penerimaan
Siswa Baru yang dilakukan Panitia Siswa Baru Madrasah Aliyah Ali Maksum untuk
selanjutnya diadakan pengelompokan siswa. Test Penerimaan Siswa Baru berbentuk
dua test, yaitu: (1) Wawancara calon siswa seputar data pribadi, bakat, minat,
latar belakang pendidikan dan sosial-budaya-ekonomi, serta potensi calon siswa,
dan (2) Test tertulis yang menguji dasar kemampuan pengetahuan keagamaan calon
siswa. Adapun yang berhak menjadi siswa dan santri Madrasah Aliyah Ali Maksum
adalah mereka yang memiliki nilai STTB SMP/MTs dan nilai test cukup baik.
kriteria ini dimaksudkan agar calon siswa yang lulus test mampu dan siap
menerima pelajaran Aliyah yang begitu padat. Sedangkan bagi calon siswa yang
memiliki nilai STTB SMP/MTs cukup baik tapi nilai test-nya kurang atau
sebaliknya, mereka biasanya ditempatkan di Program Studi I’dadiyyah
(persiapan).[48]
Secara keseluruhan jumlah siswa
Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum Krapyak Yogyakarta pada tahun ajaran
2003-2004 ini sebanyak 597 siswa-siswi, yang terdiri dari 131 murid kelas III,
156 murid kelas II, 206 murid kelasI dan 97 murid I’dadiyyah (untuk lebih
jelasnya lihat tabel jumlah siswa-siswi). Sebagai sebuah lembaga pendidikan
yang secara historis lahir dari sebuah Pondok Pesantren, maka Madrasah Yayasan
Ali Maksum Krapyak Yogyakarta mengklasifikasi siswanya berdasarkan beberapa
klasifikasi yaitu:
1.
Jenis Jurusan, dimana seluruh siswa terbagi atas 3 kelompok yaitu: (1) Program
I’dadiyyah adalah berorientasi pada pelajaran dasar pesantren dalam rangka
mempersiapkan siswa agar mampu mengikuti pelajaran di kelas I dengan alokasi
waktu selama satu tahun, (2) Madrasah Aliyah Umum (MAU) kelas I dan II yang
berorientasi pada kurikulum Madrasah Aliyah sebagaimana pada umumnya ditambah
kurikulum kepesantrenan (dikelas III, siswa Madrasah Aliyah Umum akan dibagi
lagi dalam III IPA dan III IPS). Lalu (3) Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) kelas
I, II dan III yang mutlak berorientasi pada pelajaran kepesantrenan.
Sebagaimana telah diutarakan pada
Penegasan Istilah Bab I, siswa yang menjadi obyek penelitian kami adalah
siswa-siswi kelas I. Dengan demikian unsure dan aspek analisa tidaklah
menyentuh Program I’dadiyyahb(Pra-Aliyah).
2.
Jenis Kelamin, dimana antara siswa putra dan putri mengalami kegiatan
belajar-mengajar diruang yang berbeda. Hal ini diupayakan agar: (1)
Menyesuaikan pembauran dan pergaulan dengan aturan Yayasan Ali Maksum Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta,
(2) Mengoptimalkan konsentrasi belajar, (3) Pembatasan jumlah siswa per
kelas demi keefektifan Belajar-mengajar.
Adapun untuk tempat bermukim siswa
putra mereka ditempatkan didua tempat, yaitu asrama Diponegoro (utara komplek
mahasiswa H) dan Sakan-Thullab (satu gedung dengan kantor Madrasah Aliyah Ali
Maksum). Untuk siswa putri ditempatkan secara khusus dikomplek N. Hal ini
dilakukan demi terciptanya lingkungan belajar yang kondusif dan sesuai dengan
suasana pesantren sekaligus Madrasah Aliyah.
Untuk mengetahui pembagian siswa
menurut dua spesifikasi diatas secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel : I
REKAPITULASI JUMLAH SISWA-SISWI
MADRASAH ALIYAH YAYASAN ALI MAKSUM
TAHUN AJARAN 2003/2004 [49]
KELAS
|
JUMLAH
|
JUMLAH KESELURUHAN
|
I’DAD
A (Putra)
I’DAD
B (Putra)
I’DAD
C (Putri)
|
19
20
24
|
63
|
I MAK
A (Putra)
I MAK
B (Putri)
|
24
16
|
40
|
I MAU
A (Putra)
I MAU
B (Putra)
I MAU
C (Putri)
I MAU
D (Putri)
|
27
30
32
33
|
122
|
II
MAK A (Putra)
II
MAK B (Putri)
|
30
16
|
46
|
KELAS
|
JUMLAH
|
JUMLAH KESELURUHAN
|
II
MAU A (Putra)
II
MAU B (Putra)
II
MAU C (Putri)
II
MAU D (Putri)
|
27
32
41
33
|
133
|
III
MAK A (Putra)
III
MAK B (Putri)
|
23
16
|
39
|
III
IPS A (Putra)
III
IPS B (Putri)
III
IPA A (Putra)
III
IPA B (Putri)
|
30
31
22
28
|
111
|
TOTAL
|
|
554
|
Keadaan
Guru
Tenaga edukatif atau guru merupakan
faktor yang sangat vital, gurulah yang akan mengantarkan siswa pada tujuan yang
akan dicapai. Melihat besarnya jumlah siswa Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum
Krapyak Yogyakarta, dibutuhkan tenaga edukatif yang setidaknya dapat memenuhi
kebutuhan pendidikan banyak siswa tersebut. Oleh sebab itu Madrasah Aliyah
Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta memiliki tenaga DAI
sebanyak 35 orang. Adapun kriteria guru (tenaga pengajar) agama dan mata
pelajaran yang berhubungan dengan ilmu-ilmu kepesantrenan pada umumnya berasal
dari Pondok Pesantren Krapyak itu sendiri baik Kyai ataupun santri senior.
Sebagian besar guru Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
adalah sarjana perguruan tinggi seperti: IKIP, UGM, IAIN, dan sebagainya.
Jangka waktu mengajar guru PAI di
Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum tidak ada yang mengajar kurang dari 1 tahun.
Sedangkan guru yang mengajar kurang dari 5 tahun ada 8 orang, 5 sampai 10 tahun
ada 21 orang, dan yang lebih dari 10 tahun ada 6 orang.
Sedangkan guru mata pelajaran umum di
Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum terdapat 2 guru yang mengajar kurang dari 1
tahun, sedangkan guru yang mengajar kurang dari 5 tahun ada 6 orang, 5-10 tahun
ada 22 orang, dan yang lebih dari 10 tahun mengajar ada 6 orang. Ini menandakan
bahwa sebagian guru mata pelajaran umum di Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum
termasuk guru yang cukup senior dan memiliki pengalaman mengajar yang cukup
terutama di Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum itu sendiri.[50]
Keadaan
Karyawan
Salah satu faktor penting yang
mendukung keberhasilan proses belajar-mengajar adalah karyawan, yang membantu
bidang pelayanan, terutama untuk mempercepat proses administrasi yang meliputi
pencatatan, pengarsipan dan pengeluaran data-data penting. Di Madrasah Aliyah
Yayasan Ali Maksum Krapyak yogyakarta ini, pelaksana administrasi dipegang oleh
sebagian karyawan murni dan ada yang dipegang oleh tenaga edukatif atau guru
yang merangkap karywan. Hal ini dikarenakan terbatasnya dana yang dimiliki
Madrasah Aliyah untuk menggaji mereka. Jumlah karyawan yang ada di Madrasah
Aliyah Yayasan Ali Maksum Krapyak
sebanyak 19 orang dan semuanya pegawai tetap. Besarnya jumlah karyawan
disesuaikan dengan bertambahnya jumlah siswa, guru dan berbagai kebutuhan lain,
dan ini adalah suatu konsekwensi logis dalam rangka peningkatan pelayanan.
Keadaan Sarana dan Fasilitas Madrasah
Tersedianya sarana dan fasilitas
yang memadai akan sangat membantu proses tercapainya tujuan pendidikan yang
diinginkan, begitu pula sebaliknya. Hal ini membuat Madrasah Aliyah Yayasan Ali
Maksum Krapyak Yogyakarta mengusahakan sarana dan fasilitas yang hingga saat
ini memiliki perincian sebagai berikut:
Pergedungan
Gedung Madrasah Aliyah Yayasan Ali
Maksum Krapyak yang dipakai untuk kegiatan-mengajar ada di empat (4) lokasi. Gedung
(sarana belajar) khusus putri yang berada di Komplek Diniyah (sebelah barat jln
K.H. Ali Maksum) yang terdiri atas 9 ruang, dan komplek Ibu Noto yang terdiri
atas 4 ruang. Sedangkan khusus untuk putra ada tiga tempat yaitu dilingkungan
masjid Krapyak (3 ruang), diarea Gedung Pengajian (2 kelas dan 1 ruang
pengajian).
Untuk gedung perkantoran meliputi
ruang Kepala Madrasah, ruang tamu, ruang TU, ruang Perpustakaan, ruang
laboraturium Bahasa dan stok barang, berada digedung Madrasah Aliyah Yayasan
Ali Maksum Pondok Pesantren yang berlantai 4.
Peralatan
Mebelair
Berikut ini daftar peralatan berupa
mebelair yang merupakan sarana pendukung kegiatan belajar-mengajar di Madrasah
Aliyah Yayasan Ali Maksum.
Tabel II
Daftar Peralatan
Meubelar
Madrasah Aliyah Yayasan
Ali Maksum
Pondok Pesantren
Krapyak Yogyakarta
Tahun Pelajaran
2003/2004[51]
II. No |
III. Keperluan |
Jenis Barang
|
IV. Jumlah |
01
02
03
04
05
06
07
|
Ruang guru dan ruang tamu
Ruang Kepala Madrasah
Ruang Tata Usaha
Ruang BP
Ruang Perpustakaan
Ruang Kelas
Ruang Komputer
|
Meja
Kursi
Buffet
Meja/kursi
Buffet
Fax/Telepon
Almari kabinet
Kipas Angin
Meja/kursi
Buffet
Almari kabinet
Komputer/Printer
Telepon/airphone
Kipas Angin
Meja pelayanan
Jam dinding
Rak kertas
TV
File box
Meja/Kursi
Almari
Meja/Kursi
Almari buku
Meja pelayanan
TV
Kipas Angin
Komputer/Printer
Almari TV
Meja/kursi Guru
Meja/kursi Siswa
Meja ganda
Kipas Angin
Meja/kursi
Komputer
Printer
Almari dok
|
5 buah
17 buah
3 buah
2/4 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
12/17 buah
1 buah
4 buah
3/4 buah
1/1 buah
1 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
12 buah
2/4 buah
2 buah
10/20 buah
10 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1/1 buah
1 buah
22/22 buah
235 buah
62 buah
12 buah
12 buah
10 buah
3 buah
1 buah
|
Media
Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum
telah menyiapkan sarana media sebagai alat bantu pengajaran baik Umum maupun
Pendidikan Agama Islam. Selain alat-alat yang sudah lazim dimiki, seperti papan
tulis dan white board, ada alat-alat bantu yang berbentuk media yang tersedia
sebagai berikut:
VCD Player
sebanyak dua buah
OHP sebanyak 1
buah
Proyektor sebanyak
1 buah[52]
BAB III
V. PENGEMBANGAN KURIKULUM MADRASAH ALIYAH YAYASAN
ALI MAKSUM PONDOK PESANTREN KRAPYAK YOGYAKARTA
Landasan Pengembangan Kurikulum
Pendidikan mempunyai
peranan penting dalam membentuk manusia. Dalam seluruh proses pendidikan
kurikulum mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena kurikulum mengarahkan
segala bentuk aktivitas pendidikan. Oleh karena itu demi terbentuknya manusia
yang berkualitas baik Iptek maupun Imtaqnya, dalam pengembangan kurikulum
dibutuhkan landasan-landasan yang kuat. Di Madrasah Aliyah Ali Maksum kurikulum
yang dikembangkan merupakan kurikulum yang disusun oleh tim penyusun kurikulum
Madrasah tersebut. Ada beberapa landasan utama dalam mengembangkan suatu
kurikulum, yaitu antara lain:[53]
Landasan Filosofis
Filsafat
mengandung suatu pemikiran yang sangat dalam tentang suatu nilai atau
nilai-nilai filsafat pendidikan yang menggambarkan manusia ideal yang
diharapkan dimasyarakat. Madrasah Aliyah Ali Maksum adalah suatu lembaga
pendidikan yang berasaskan Islam. Maka sebagai landasan filosofis dalam
penentuan kurikulumnya adalah dengan menggunakan Al-Qur’an dan As-Sunah. Adapun
Al-Qur’an dan As-Sunah merupakan pandangan hidup umat Islam yang harus diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari dalam semua aspek kehidupan termasuk pendidikan.
Dalam kurikulum pendidikan di Madrasah Aliyah Ali Maksum hal ini nampak dalam
materi-materi yang dikembangkan. Seperti mata pelajaran Fiqh, Al-Qur’an Hadits,
dan ditambah Aswaja atau ahlussunah wal jama’ah. Kurikulum kepesantrenan ini
sebagai manifestasi dari ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan As-Sunah yang
bernuansa Aswaja.
Landasan Psikologis
Interaksi
yang tercipta dalam situasi pendidikan harus sesuai dengan kondisi para peserta
didik maupun kondisi pendidiknya. Agar proses pendidikan di Madrasah Aliyah Ali
Maksum dapat efektif dan efisien maka dalam mengembangkan kurikulumnya
disesuaikan dengan tahap perkembangan peserta didik dan cara atau metode
belajar. Adapun peserta didik yang belajar di Madrasah Aliyah Ali Maksum
rata-rata berusia 15 – 18 tahun. Masa ini sedang dalam tingkat perkembangan
yang disebut masa remaja. Peserta didik berada dalam masa perubahan-perubahan
psikologis dan tekanan-tekanan kultural. Sehingga peserta didik pada umumnya
mengalami kesulitan dalam melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya. Oleh
karena itu dalam upaya melaksanakan pengembangan kurikulum yang efektif perlu
pertimbangan perkembangan peserta didik. Supaya peserta didik dapat menerima semua
mata pelajaran baik kurikulum Depag maupun kurikulum Kepesantrenan. Selain itu
juga perlu diperhatikan metode atau cara belajar peserta didik, karena
kemampuan mereka berbeda-beda.
Landasan Sosial Budaya
Faktor
sosial budaya sangat penting dalam rangka penyusunan kurikulum yang relevan.
Oleh karena itu kurikulum merupakan alat untuk merealisasikan sistem
pendidikan, sedangkan pendidikan itu sendiri merupakan salah satu dimensi dari
kebudayaan-kebudayaan. Adapun kurikulum atau materi yang diberikan di Madrasah
Aliyah Ali Maksum disesuaikan dengan nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat,
peserta didik merupakan anggota masyarakat dan mereka harus belajar tentang
tata cara hidup dalam masyarakat. Oleh karena itu dalam menyusun kurikulum
disesuaikan dengan sosial budaya dimana peserta didik berada. Sehingga mereka
dalam sosialisasi dengan masyarakat dapat diterima.
Landasan Perkembangan IPTEK
Pada
abad ke-21 ini perkembangan ilmu dan teknologi semakin pesat. Maka agar
generasi Islam tidak menjadi generasi yang ketinggalan zaman, maka kurikulum
yang disusun harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam
membentuk peserta didik yang dapat berguna bagi agama dan bangsanya, Madrasah
Aliyah Ali Maksum tidak hanya mengembangkan aspek rohani saja akan tetapi akal
dan tingkah laku. Sesuai dengan visinya Madrasah Aliyah Ali Maksum yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan jati diri manusia Indonesia
seutuhnya, manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah yang Maha Esa dan
budi pekerti luhur, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan
mandiri, serta memiliki rasa tanggungjawab keagamaan, kemasyarakatan, dan
kebangsaan.[54]
Dengan
perkembangan rohani, akal dan akhlaknya secara seimbang diharapkan peserta
didik mampu mengolah alam dan mengembangkan teknologi yang selaras dengan
nilai-nilai agama, nilai-nilai luhur budaya, sosial dan lingkungan hidup.
Tujuan Pengembangan Kurikulum
Dengan berpijak pada dasar dan
tujuan berdirinya Madrasah Aliyah Ali Maksum, maka dapat menentukan beberapa
tujuan yang ingin dicapai setelah dilaksanakannya, pendidikan dan pengajaran
dengan kurikulum yang telah disusun.
Tujuan Institusional
Tujuan Pendidikan SMU secara
umum
à Meningkatkan kemampuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
à Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam
sekitar.
à Mengutamakan penyiapan siswa
untuk jenjang pendidikan tinggi.[55]
Tujuuan Pendidikan Madrasah
Aliyah Yayasan Ali Maksum
Mencerdaskan kehidupan
masyarakat melalui pembinaan dan pengembangan pondok pesantren.
Mendidik dan membina masyarakat
untuk menjadi manusia yang bertaqwa dan berkepribadian, trampil serta menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu menunaikan tugas dan
kewajibannya dalam beragama, berbangsa, dan bernegara ala ahlussunnah wal
jama’ah.[56]
Tujuan Kurikuler
à Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi-materi pelajaran agama
sehingga siswa mempunyai wawasan yang luas tentang ilmu-ilmu agama.
à Memberikan bekal pengetahuan dan kemapuan mengamalkan ajaran Islam
dalam rangka membentuk manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT.
à Menyiapkan siswa agar dapat berakhlakul karimah mulai dari hidup
pribadi bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dijiwai oleh suasana
keagamaan.[57]
Pada
dasarnya tujuan pengembangan kurikulum adalah mempersiapkan siswa agar mampu
memahami kondisi lingkungannya sehingga terhindar dari keterasingan. Jika
diamati secara mendalam bahwa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan
pengembangan kurikulum tersebut di Madrasah Aliyah Ali Maksum adalah mengarah
pada terbentuknya manusia yang mampu mensosialisasikan dirinya dengan
lingkungan serta membentuk manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT, serta terampil menjalankan ajaran Islam yang dibutuhkan oleh dirinya
sendiri maupun masyarakat sekitarnya. Pada akhirnya akan melahirkan manusia yang
berjiwa sosial dan selalu berhubungan dengan Allah SWT dan lingkungan
masyarakat atau hablum minallah wa hablum minannas. Inilah sebenarnya
tujuan ideal dari lembaga pendidikan yang bernuansa pesantren dan ingin
membentuk manusia yang berakhlakul karimah dan memiliki mentalitas yang
tangguh.[58]
Materi yang dikembangkan
Kurikulum merupakan seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kurikulum
disusun sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Di Madrasah
Aliyah Ali Maksum dalam menyusun kurikulumnya disesuaikan dengan tujuan
institusional madrasah tersebut. Adapun kurikulum yang dikembangkan di Madrasah
Aliyah Ali Maksum ini adalah perpaduan antara kurikulum Depatemen Agama dengan
kurikulum Kepesantrenan yang memiliki nilai-nilai Islami atau Qur’ani. Dari
kurikulum kepesantrenan akan tampak ciri khas Madrasah Aliyah Ali Maksum.
Muatan materi yang dikembangkan atau kurikulum kepesantrenan ini berorientasi
pada ilmu yang berwawasan keIslaman yang merujuk pada kitab kuning, buku
keIslaman dan diktat yang dibuat oleh madrasah sendiri. Akan tetapi kurikulum
kepesantrenan lebih memprioritaskan kepada pengembangan bahasa asing,
penguasaan kitab-kitab kuning dan Al-Qur’an. Kurikulum ini dirancang oleh pihak
madrasah sendiri dengan tujuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ada di
Madrasah Aliyah Ali Maksum, sehingga akan tampak kecirikhasannya yaitu mencetak
peserta didik untuk menjadi manusia yang berbudi pekerti yang luhur, Qur’ani,
menguasai kitab kuning dan mampu berbahasa asing. Oleh karena itu pihak
madrasah berupaya mengembangkan kurikulumnya yang sesuai dengan karakteristik
masyarakat sekitar dengan membuat kurikulum kepesantrenan. Sehingga dalam
pelaksanaannya pengembangan kurikulum ini membutuhkan waktu jam pelajaran yang
lebih atau tambahan.
Metode dan Pengembangannya
Proses kegiatan belajar mengajar
secara keseluruhan yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Ali Maksum ini dapat
berjalan secara efektif, sebab dalam operasionalnya guru dituntut untuk membuat
program satuan pelajaran pada masing-masing semester sehingga muatan materi
kurikulum yang ditargetkan oleh Madrasah Aliyah Ali Maksum dapat dilaksanakan
dengan baik.
Sedangkan dalam penggunaan metode
pengajarannya guru tidak hanya menggunakan satu metode saja, tetapi bervariasi
tergantung dari materi apa yang disampaikan. Selain itu juga melihat kondisi
dan situasi saat pengajaran berlangsung. Dalam proses pengajaran ini pendekatan
yang digunakan untuk menentukan metode adalah pendekatan yang berpusat pada
mata pelajaran.
Metode
Ceramah
Metode
ini diterapkan pada semua pelajaran. Dalam dataran operasionalnya metode
ceramah ini menekankan pada keaktifan guru sehingga murid tampakfat pasif.
Metode
Tanya Jawab
Metode
ini diterapkan dalam upaya memancing keaktifan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar. Dalam hal ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang materi yang belum difahami.
Metode
Pemberian Tugas
Dalam
metode ini pemberian tugas tergantung pada materi yang diajarkan. Metode ini
memudahkan siswa dalam menghadapi evaluasi baik yang formatif maupun sumatif.
Metode
Demonstrasi
Metode
ini digunakan untuk mempraktekkan materi pelajaran yang berkaitan dengan
kaifiyah (tata cara). Dengan menggunakan metode ini dapat memudahkan siswa
dalam menerima pelajaran, sebab mereka tidak hanya memperoleh materi saja akan
tetapi praktek secara langsung.
Metode
Diskusi
Metode
ini baik ditrapkan dalam rangka merangsang siswa untuk berfikir, serta siswa
akan termotivasi untuk membaca, bertanya, berbicara serta sebagai ajang tukar
fikiran.
Metode
Mutholaah
Metode
ini yang diprioritaskan adalah mata pelajaran bahasa asing yaitu bahasa Arab
dan bahasa Inggris, dan dengan metode ini siswa diharapkan mampu untuk membaca
secara fasih dan benar.
Metode
Hafalan
Metode
seperti ini sering digunakan dilingkungan pesantren sebagai ciri khasnya, dan
biasanya berupa hafalan Al-Qur’an, Al-Hadits, Kitab kuning, bahasa Arab serta
bahasa Inggris.
Metode
Karya Wisata
Metode
ini biasanya untuk membuka wacana pengetahuan siswa supaya mengetahui secara
langsung ilmu-ilmu yang dipelajari dimadrasah. Metode ini sering digunakan
dalam mata pelajaran IPA (Biologi), maupun pelajaran lainnya seperti Geografi
dan Sejarah.
Evaluasi Kurikulum
Pengembangan kurikulum yang
menekankan isi, membutuhkan waktu mempersiapkan situasi belajar dan
menyatukannya tujuan pengajaran yang cukup lama. Kurikulum yang menekankan
situasi, waktu untuk mempersiapkannya lebih pendek, sedangkan kurikulum yang
menekankan organisasi waktu persiapannya hampir sama dengan kurikulum yang
menekankan isi. Meskipun demikian perhatian harus cukup banyak dipusatkan pada
struktur konsep yang tidak tampak (covert) daripada analisis tujuan yang
tampak (overt).
Kurikulum yang menekankan isi sangat
mengutamakan peranan desiminasi, meskipun umpamanya kurikulum itu kurang baik,
mereka dapat melaksanakannya melalui jalur birokrasi. Tipe kurikulum seperti
ini mengikuti model penyebaran (difusi) dari pusat kedaerah.[59]
Dilihat dari pelaksanaan dan
tujuannya, evaluasi kurikulum dapat dibedakan kedalam dua macam, yaitu:
1.
Evaluasi Formatif, yakni
evaluasi yang dilaksanakan selama kurikulum itu digunakan dengan tujuan untuk
menjadi dasar dalam perbaikan. Evaluasi ini dapat dilakukan terhadap
pelaksanaan paket-paket program atau masing-masing mata pelajaran dari suatu
kurikulum atau terhadap pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan.
2.
Evaluasi Sumatif, yakni
evaluasi yang dilakukan diakhir pelaksanaan suatu kurikulum, seperti evaluasi
kurikulum SD dilaksanakan setelah (6 tahun) kurikulum itu dilaksanakan, dengan
tujuan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan kurikulum tersebut.[60]
Di madrasah Aliyah Ali Maksum
menggunakan bentuk evaluasi yang sama, yaitu dengan evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Sedangkan model evaluasi sekarang ini di Madrasah Aliyah Ali
Maksum menggunakan sistem semester, yaitu adanya mid semester dan ujian akhir
semester yang juga digunakan dalam perguruan tinggi. Dan yang lebih berbeda dengan Madrasah Aliyah pada
umumnya, yaitu adanya pemberlakuan dua raport disetiap semesternya. Dua buah
raport yang berlaku tersebut adalah : Raport berbahasa Indonesia yang berisikan
daftar hasil belajar siswa sesuai kurikulum Departemen Agama, dan raport berbahasa
Arab yang berisikan daftar hasil belajar sesuai kurikulum kepesantrenan. Kedua
raport tersebut diterima secara serentak dalam acara Akhirussanah yaitu
pengumuman kenaikan kelas bagi siswa-siswi kelas I dan II dan pengumuman
kelulusan kelas III yang berlangsung disetiap akhir Semester Genap.
Adapun kriteria
kelulusan dan kenaikan kelas yang diberlakukan juga juga berbeda dengan
Madrasah Aliyah pada umumnya, yaitu: setiap siswa/siswi belum dikatakan berhak
naik kelas/lulus jika ia gagal dalam kurikulum kepesantrenan, walaupun dalam
kurikulum Departemen Agama ia telah memenuhi standar kelulusan. Dengan kata
lain, kurikulum kepesantrenannya, dapat diasumsikan menjadi kurikulum pedoman
atau acuan kelayakan siswa untuk naik kelas atau lulus sekolah, sekaligus sebagai
ciri khas yang dimiliki oleh Madrasah Aliyah Ali Maksum.
BAB IV
J. MATERI
KURIKULUM MADRASAH ALIYAH YAYASAN ALI MAKSUM
K. PONDOK PESANTREN
KRAPYAK YOGYAKARTA
Kurikulum 1994
Materi
Pelajaran
Madrasah
Aliyah Ali Maksum adalah sebuah madrasah yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan
dan Pondok Pesantren. Dipahami dengan hal tersebut bahwa Madrasah Aliyah Ali
Maksum memiliki dua ciri yang melekat padanya yakni, satu sisi Madrasah Aliyah
Ali Maksum menunjukkan lembaga pendidikan formal (tingkat menengah atas) dibawah
naungan Depag, disisi lain merupakan bagian/komponen Pondok Pesantren yang
merupakan lembaga pendidikan Islam. Maka dua ciri itulah yang mewarnai Madrasah
Aliyah Ali Maksum baik secara struktural maupun kultural (kelembagaan maupun
tradisi keilmuan).
Berdasarkan
Keputusan menteri Agama RI nomor 373 tahun 1993 tanggal 22 Desember 1993,
kurikulum yang digunakan untuk Madrasah Aliyah adalah kurikulum tahun 1994,
maka Madrasah Aliyah menggunakan kurikulum itu adalah suatu keharusan
formalitas lembaga pendidikan formal dibawah naungan Departemen Agama.
Pada
pelaksanaannya Madrasah Aliyah Ali Maksum menerapkan kurikulum 1994 dan
memberikan beberapa tambahan materi tentang ajaran Islam dengan memberi
tambahan bidang studi dan pendalaman materi dengan rujukan Kitab Kuning,
buku-buku cetakan Pondok Pesantren Modern Gontor dan cetakan Pondok Pesantren
Krapyak. Dalam hal ini cara yang digunakan adalah menambah jam pelajaran dan
mengembangkan Kurikulum Departemen Agama dengan Kurikulum Pesantren dalam satu
jam pelajaran.
Adapun
tehnik pengembangannya adalah sebagai berikut: susunan Program Pendidikan Agama
Islam yang tercantum dalam kurikulum Departemen Agama adalah :
1.
Al-qur’an Hadits
2.
Fiqh
3.
Aqidah Akhlak dan
4.
Bahasa Arab
Kemudian dikembangkan
dengan program Pendidikan Agama Islam pada kurikulum Pesantren yaitu:
1.
Hadits
2.
Mustholahul Hadits
3.
Fiqh
4.
Aqidah
5.
Bahasa Arab
6.
Nahwu Shorof
7.
Insya
8.
Mutholaah
9.
Ushul Fiqh
10. Balaghoh
11. Tarbiyah
12. Mahfudzot
13. Tafsir/Ilmu
Tafsir
Sehingga pengembangan dua
kurikulum tersebut menjadi :
1.
Alqur’an Hadits dikembangkan dengan:
a.
Tafsir/Ilmu Tafsir
b.
Hadits
c.
Mustholahul Hadits
2.
Fiqh dikembangkan menjadi:
a.
Fiqh (kajian Bidayatul Muftahid)
b.
Ushul Fiqh
3.
Aqidah Akhlak dikembangkan menjadi:
a.
Aqidah
b.
Addinul Islami
4.
Bahasa Arab dikembangkan menjadi:
a.
Bahasa Arab
b.
Nahwu/Shorof
c.
Insya
d.
Mutholaah
e.
Balaghoh
Kemudian ditambah dengan
pelajaran pesantren:
1.
Tarbiyah
2.
Mahfudzot
3.
Tarikh Islam[61]
Maksud
hal tersebut adalah diatas adalah untuk mencapai untuk mencapai tujuan formal
madrasah, yaitu mendidik peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai warga negara yang berpedoman Pancasila dan
menyiapkan peserta didik yang akan melanjutkan kejenjang perguruan tinggi
umum/agama, serta yang akan terjun kedunia kerja. Juga untuk mencapai cita-cita
Pondok Pesantren Ali Maksum yakni mencetak kader muslim yang tangguh dan siap
pakai.
Karena
itu dalam pengorganisasian kurikulum Madrasah Aliyah Ali Maksum sesuai dengan
kurikulum 1994, memilih bentuk keseluruhan. Bentuk ini mengutamakan tujuan yang
hendak dicapai yakni: membentuk manusia dalam kepribadian yang bulat
(integrated), harmonis dan segala perilakunya selaras dengan situasi dan
kondisi yang dialami dalam kehidupannya.
Berdasarkan
observasi, pengamatan dan pertimbangan kondisi Madrasah Aliyah Ali Maksum
membuka 4 (empat) program pilihan yaitu Program MAK, Program Bahasa, Program
IPA dan Program IPS.
Proses
Pelaksanaan Program
Proses disini dimaksudkan sebagai
kegiatan dari pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaimana tujuan-tujuan
belajar direalisasikan melalui modul. Proses pembelajaran perlu dilakukan
dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan
kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Proses
pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara
aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya.
Oleh karena itu seiring dengan
perkembangan pendidikan, tuntutan adanya materi yang sesuai dengan zamannya
menjadi relevan termasuk tuntutan terhadap metode pengajaran, media dan
evaluasi sebagai bahan dari proses pelaksanaan kurikulum. Menurut Fajar S.
sebaiknya guru harus mempunyai kompetensi untuk mengajar sehingga dalam
mengajar hasilnya dapat menyentuh ke aspek psikososial dan penalaran moral.
Khusus untuk materi yang menyangkut terhadap perubahan perilaku pendidikan
nilai dan dalam pengajarannya diwujudkan dalam kegiatan yang terprogram dan
nyata.[62]
Wujud dari program yang nyata
tersebut dapat dilihat dari bagaimana cara pelaksanaan materi-materi kurikulum
di Madrasah Aliyah Ali Maksum. Pelaksanaan materi tersebut menggunakan beberapa
metode, media dan evaluasi.
a.
Metode
Metode mengajar merupakan proses penyampaian materi dari
guru kepada murid didalam kelas ataupun diluar kelas. Adapun beberapa metode
yang digunakan oleh para guru di Madrasah Aliyah Ali Maksum antara lain:
1)
Metode ceramah
Yaitu metode penuturan secara lisan. Metode ini tidak
senantiasa jelek bila dipersiapkan dengan cara baik seperti sebelum mengajar
guru harus mengucapkan salam, berdo’a, tanya jawab, mengulang materi sebelumnya
dan menyimpulkan.
2)
Metode diskusi
Yaitu metode yang sering digunakan untuk tukar menukar
informasi sehingga didapatkan kesepakatan bersama, metode ini berfungsi untuk
memecahkan permasalahan (problem solving) dengan cara menghargai pendapat orang
lain, menambah kreatifitas siswa dalam berfikir ataupun dalam mengambil
keputusan.
3)
Metode tugas belajar
Metode ini berfungsi untuk merangsang anak untuk aktif
belajar baik secara individu ataupun kelompok.
4)
Metode active learning
Yaitu metode yang menuntut siswa ataupun guru untuk
sama-sama aktif dalam belajar.[63]
b.
Media
Untuk dapat menerapkan media yang efektif, maka
kehadiran dan kelengkapan fasilitas sekolah menjadi suatu keharusan.
Pengelolaan dan pendayagunaan media menjadi suatu keputusan bagi seorang guru.
Sedangkan dalam proses belajar mengajar para guru di Madrasah Aliyah Ali Maksum
menggunakan media yang ada, walaupun sangat sederhana seperti yang telah
ditegaskan oleh Bp. Juyamto dalam wawancaranya pada tanggal 22 Mei 2004, beliau
mengatakan bahwa fasilitas, sarana prasarana di Madrasah Aliyah Ali Maksum yang
masih sederhana harus digunakan dengan seoptimal mungkin.
Dengan penguasaan guru atas media, kemampuan merancang
dan mengembangkan media akan meningkatkan adanya dinamika baru dalam kegiatan
belajar mengajar.[64]
c.
Evaluasi
Evaluasi kurikulum merupakan kegiatan yang sangat luas
tidak hanya berkaitan dengan hasil belajar siswa tapi juga menyangkut aspek
kurikulum sendiri,kemampuan dan karya guru, kemajuan siswa, sarana prasarana,
manajemen sekolah (administrasi) dan lain-lain. Evaluasi dapat dikategorikan
secara khusus dan umum. Untuk evaluasi secara umum yang dilaksanakan antara
lain:
1)
Pertemuan antar pimpinan pondok
yang membahas pelaksanaan kurikulum, kedisiplinan, peran guru (tugas-tugasnya),
karyawan,kenakalan siswa, penerimaan siswa baru, SPP dan lain-lain.
2)
Pertemuan direktur, dan
kepala-kepala Madrasah yang membahas pelaksanaan proses belajar mengajar,
meningkatkan profesionalitas guru, meningkatkan, memperbaiki dan mempertahankan
prestasi siswa.
3)
Pertemuan guru-guru yang
membahas tentang laporann hasil belajar, kenakalan siswa, prestasi siswa dan
keseluruhan dari proses pembelajaran.
Dengan evaluasi seperti diatas dapat
menumbuhkan rasa persaudaraan antar guru, karyawan, pimpinan dan direktur,
sehingga dengan adanya pertemuan-pertemuan ini menjadi pertemuan silaturahmi
yang semakin erat.[65]
Sedangkan untuk evaluasi secara
khusus dapat dilihat dari hasil pelaksanaan materi pelajaran dikalas. Untuk
menilai hasil belajar siswa dapat digunakan dengan sistem semester mulai tahun
ajaran 2002/2003, tapi sebelum ujian semester (tertulis) dimulai terlebih
dahulu diadakan ujian lesan untuk mengetahui kemampuan dan pengusaan siswa
terhadap materi. Keahlian dan kecakapan membuat soal merupakan suatu
persyaratan yang mutlak bagi seorang guru, dengan soal yang baik dan tepat akan
diperoleh gambaran prestasi seorang siswa, adapun penyusunan soal tes
menggunakan:
1)
Tes esai, yaitu siswa diminta
menjawab pertanyaan dengan uraian dan penjelasan dengan menggunakan kata atau
kalimat sendiri. Pembuatan soal seperti ini dapat menilai proses mental yang
tinggi terutama dalam hal kesanggupan menyusun jawaban, berekspresi,
menggunakan bahasa, dan kreatifitas siswa dalam berfikir untuk memecahkan
soal/permasalahan.
2)
Tes obyektif, dalam soal ini siswa
harus memilih salah satu alternatif yang dikehendaki oleh guru, soal seperti
ini hanya digunakan untuk soal-soal materi umum, siswa tinggal memilih jawaban
yang telah tersedia.
Evaluasi dalam pembelajaran sangatlah
penting karena untuk mengukur kemampuan terhadap pencapaian materi dan prestasi
belajar siswa selama proses belajar mengajar. Untuk evaluasi tahap akhir (EBTA)
untuk Madrasah Aliyah tidak digunakan karena materi-materi Depag telah menjadi
bagian dari materi-materi lokal (pondok) sehingga proses EBTA menggunakan ujian
murni dari pondok pesatren Ali Maksum. Sedangkan untuk EBTANAS mulai tahun
ajaran 2002/2003 telah ditiadakan dalam SK No. 11/V/2002.[66]
Langkah-langkah
Guru di Madrasah Aliyah Ali Maksum
Guru merupakan faktor penting yang
besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pendidikan, bahkan sangat menentukan
berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh
guru Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum adalah sebagai berikut:
a.
Membuat program semester
b.
Membuat program tahunan
c.
Rapat antar guru
d.
Membuat ringkasan materi
e.
Menentukan/membuat LKS, Modul
(pada mata pelajaran tertentu), Menentukan buku pokok/acuan bagi siswa.[67]
Kegiatan
Intra Kurikuler
Kegiatan intra kurikuler merupakan pelaksanaan kegiatan belajar yang
dilakukan dengan cara tatap muka didalam kelas dengan berdasarkan pada alokasi
waktu yang telah ditetapkan. Yang harus diketahui adalah bahwa sebelum
melaksanakan proses belajar-mengajar seorang guru harus memahami isi kurikulum
dan membuat persiapan program pengajaran.
Proses kegiatan belajar-mengajar dilakukan oleh guru dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah
Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan merupakan
tahap pra instruksional yaitu yang ditempuh guru pada saat memulai proses
belajar-mengajar. Dalam kegiatan pendahuluan ini, guru memberikan motivasi,
apersepsi serta mengadakan test awal (pra test).
Berdasarkan hasil wawancara, dalam
kegiatan pendahuluan ini, ada beberapa kegiatan yang dilakukan baik oleh guru
atau oleh siswa, antara lain:
1)
Guru menanyakan kehadiran dan
mencatatnya
2)
Bertanya kepada siswa sampai
dimana pembahasan pelajaran sebelumnya
3)
Mengajukan pertanyaan kepada
siswa tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya
4)
Memberi kesempatan pada siswa
untuk bertanya tentang bahan yang belum dikuasainya
5)
Mengulang kembali bahan yang
lalu dengan singkat.[68]
Kegiatan
Inti
Kegiatan ini merupakan tahap
instruksional atau pengajaran yakni tahap memberikan bahan pelajaran yang
disusun guru sebelumnya. Dalam kegiatan inti ini guru menjelaskan tujuan yang
ingin dicapai, menjelaskan bahan pelajaran dengan menggunakan metode mengajar
yang tepat, sumber belajar dan sarana belajar, memberi latihan, membantu
pemahaman siswa dan memberikan bimbingan untuk perbaikan serta pengawasan.
Kegiatan
Penutup
Kegiatan
penutup merupakan kegiatan evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dari
pelaksanaan program pengajaran dan penyampaian materi. Tujuan dari kegiatan
inti ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua
(kegiatan inti). Dalam kegiatan penutup ini langkah yang ditempuh oleh guru
adalah:
1)
Membuat resume pelajaran yang
baru disampaikan
2)
Mengajukan pertanyaan
(mengadakan post test)
3)
Memberikan tugas rumah dan
kokurikuler
4)
Memberi informasi tentang
materi/bahan pelajaran yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.[69]
Untuk
mengatasi proses pembelajaran atau proses belajar mengajar yang dianggap tidak
berhasil, biasanya para guru mengadakan pengulangan kembali materi yang belum
dikuasai dengan menempuh tiga cara, yaitu:
Guru
menjelaskan sendiri materi atau menyuruh siswa yang sudah dianggap menguasai
untuk menjelaskan kegiatan yang sudah terjadwal.
Mengadakan
diskusi kelompok, membahas materi yang belum
dikuasai.
Memberikan tugas
pekerjaan rumah yang berhubungan dengan pokok materi yang belum dikuasai melalui
kegiatan mandiri.[70]
Ketiga
rangkaian kegiatan yang telah dibahas diatas merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang terpadu dan tidak terpisahkan satu sama lain. Seorang guru dituntut untuk
dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian
kegiatan tersebut dapat diterima siswa secara utuh.
Kegiatan
Ekstra Kurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan
kegiatan yang diselenggarakan diluar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan
program sesuai dengan kebutuhan sekolah. Kegiatan ekstra kurikuler ini dapat
dilakukan disekolah maupun diluar sekolah dengan tujuan agar siswa dapat
memperluas wawasan atau kemampuan peningkatan dan penerapan nilai pengetahuan
dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran.
Adapun bentuk kegiatan
ekstrakurikuler di Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta adalah:
Perpustakaan
Perpustakaan sebagai tempat
pengembangan ilmu pengetahuan perlu dilembagakan secara formal. Tujuannya
karena untuk meningkatkan kualitas kemampuan siswa terhadap ilmu pengetahuan.
Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta telah mempunyai perpustakaan sendiri.
Diperpustakaan tersebut tersedia beberapa buku pengetahuan umum, buku-buku
agama, kitab-kitab yang berbahasa Arab (kitab kuning) sebagai literature para
siswa, dan buku pegangan guru. Penempatan buku dan pelayanan peminjaman
ditempatkan di Gedung Serbaguna (lingkungan perkotaan) lantai II.
Laboratorium
Laboratorium ini adalah laboratorium
dasar untuk IPA (fisika, kimia dan biologi). Laboratorium ini dibangun dalam
rangka meningkatkan keberhasilan siswa terutama dalam bidang IPA.
Peralatannya sudah cukup memadai
untuk praktikum IPA. Praktikumnya langsung dibawah bimbingan guru yang mengasuh
pelajaran IPA. Sedangkan waktu praktikumnya biasanya diselenggarakan sesudah
kegiatan jam belajar atau diberikan pada jam-jam pelajaran (ketrampilan).
Komputerisasi
Untuk menunjang keberhasilan siswa
dalam bidang ketrampilan, Madrasah Aliyah Ali Maksum menyediakan 10 unit komputer.
Ketrampilan dalam bidang komputer ini dilembagakan dalam bentuk kursus. Melalui
lembaga komputerisasi ini seluruh siswa diharapkan terampil mengoperasikan
komputer, minimal program Windows.
Pencak
Silat LPSNU Pagar Nusa
Pencak Silat LPSNU Pagar Nusa adalah
salah satu cabang olah raga bela diri yang didirikan oleh para pendekar
Nahdlatul Ulama (NU) yang biasa dilakukan dipondok-pondok pesantren baik di
Jawa maupun di luar Jawa.
Hingga sekarang anggota pencak silat
ini, khususnya di Madrasah Aliyah Ali Maksum, tiap tahunnya mencapai 50 orang
dengan dilatih oleh para pendekar senior. Tujuan diselenggarakannya olah raga
pencak silat LPSNU Pagar Nusa adalah untuk mengembangkan bakat, minat dan
kemampuan siswa dalam cabang olah raga bela diri.
Seni Baca
Al-Qur’an (Qira’ah)
Qira’ah adalah salah satu bentuk
kesenian/ketrampilan yang sudah biasa dijalani dan dilakukan oleh para santri
dimanapun berada. Tujuan utama diadakannya ekstrakurikuler seni baca Al-Qur’an
di Madrasah Aliyah Ali Maksum adalah untuk mengembangkan bakat dan minat siswa
dalam cabang olah vokal seni baca Al-Qur’an. Melalui kegiatan ini diharapkan
siswa semakin mencintai kitab suci Al-Qur’an.
Seni Hadrah
dan Seni Samrah
Seni hadrah dan seni Samrah adalah
salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di Madrasah Aliyah Ali
Maksum dengan tujuan untuk mengembangkan bakat dan minat siswa dalam bidang
seni musik yang bernuansa Islam.
Palang
Merah Remaja (PMR)
Tujuan diselenggarakannya kegiatan
Palang Merah Remaja (PMR) ini adalah untuk membina dan melatih para siswa dalam
memberi pertolongan pertama pada kecelakaan. Setiap tahunnya diadakan pelatihan
kepada anggota baru baru yang pelatihnya diambilkan dari para instruktur
kabupaten dan kadang juga dari instruktur propinsi.
Kelompok
Ilmiah Remaja (KIR)
KIR adalah salah satu kegiatan
kelompok ilmiah yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas berfikir dan
keilmuan siswa, sekaligus membina kemampuan menulis, meneliti, dan membuat
laporan serta mempresentasikannya.
Patroli
Keamanan Sekolah (PKS)
Kegiatan ekstrakurikuler yang banyak
manfaatnya bagi para siswa adalah Patroli Keamanan Sekolah (PKS). Kegiatan PKS
ini dimaksudkan untuk melatih siswa agar mampu lebih berdisiplin diri dan
membantu tugas-tugas kemadrasahan mendisiplinkan orang lain.
Seni Kaligrafi
Tujuan seni kaligrafi bagi para siswa
adalah untuk melatih dan memberi ketrampilan seni penulis Aran secara benar dan
indah.
Jurnalistik
Kegiatan jurnalistik diselenggarakan
dengan tujuan melatih dan mengembangkan bakat siswa dalam bidang tulis-menulis.
Jika mampu, maka para siswa dapat menyalurkannya dalam tulis-menulis dimajalah
dinding milik Madrasah Aliyah yaitu majalah An Nasyath dan majalah Khoirul
Ummah.
Seni
Drama/Teater
Kegiatan seni drama/teater
dimaksudkan untuk membina dan mengembangakan ketrampilan siswa dalam bidang
seni drama, olah raga jiwa, mengekspresikan dirinya guna mendekatkan diri
dengan Allah SWT.
Tata Boga
dan Tata Busana
Kegiatan Tata Boga dan Tata Busana
dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan ketrampilan siswa dalam bidang
masak-memasak dan merangkai bunga, serta menata busana dengan baik, benar dan
sopan-Islami, juga menarik.
Pelatihan
Kepemimpinan/Keorganisasian
Kegiatan Pelatihan Kepemimpinan atau
Keorganisasian ini diselenggarakan sekali setahun. Tujuan pelatihan untuk
membina dan memupuk jiwa ketrampilan dan kepemimpinan siswa dalam menghadapi
kepemimpinan dimasa mendatang.[71]
Kurikulum 2004
Materi
Pelajaran
Madrasah
Aliyah adalah lembaga lanjutan bagi program pendidikan sebelumnya. Dalam
perkembangannya Madrasah Aliyah memiliki program Madrasah Aliyah Keagamaan
(MAK) maupun Madrasah Aliyah Umum (MAU), dengan maksud untuk menyiapkan santri
agar mampu mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi,
yang dijiwai akhlak al-karimah dan landasan ajaran Islam.
Madrasah
Aliyah juga membuka Kelas Persiapan (al-Qism al-I’dady) untuk satu tahun
pelajaran. Kelas ini bermaksud untuk menampung santri-santri yang dapat
diterima langsung dikelas I Madrasah Aliyah.
Pada
hakekatnya antara kurikulum 1994 dan kurikulum 2004 sama, akan tetapi dalam
perkembangan selanjutnya sekolah diberi keleluasaan untuk menyusun dan
mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasi potensi
sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar
sekolah.[72]
Berikut merupakan daftar materi pelajaran mulai kelas
persiapan (I’dad), kelas I, kelas II dan kelas III. Tahun pelajaran 2003/2004.
Tabel : I [73]
Kurikulum Madrasah Aliyah Ali Maksum
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
*Kurikulum MA Ali Maksum
Kelas I’dad
No
|
Mata
Pelajaran
|
Alokasi
|
1.
|
Pendidikan Umum
|
|
1.1
|
Matematika
|
4
|
1.2
|
Bahasa Inggris
|
4
|
1.3
|
Pendidikan
Jasmani-Kesehatan
|
2
|
2.
|
Kurikulum
Kepesantrenan
|
|
2.1
|
Bahasa Arab
|
4
|
2.2
|
Nahwu I
|
6
|
2.3
|
Shorof
|
8
|
2.4
|
Aqidah
|
4
|
No
|
Mata
Pelajaran
|
Alokasi
|
2.5
|
Akhlak
|
2
|
2.6
|
Fiqh
|
4
|
2.7
|
Tarekh
|
2
|
2.8
|
Tajwid
|
4
|
2.9
|
Tafsir
|
2
|
2.10
|
Hadits
|
2
|
2.11
|
Mumarosah
|
4
|
2.12
|
Khat dan Imla’
|
2
|
2.13
|
Nahwu II/Matn
al-Jurumiya*)
|
4
|
2.14
|
Ketrampilan Agama*)
|
2
|
|
|
60
|
*)
Ekstrakurikuler
Tabel : II
*Kurikulum MAK
No
|
II. Mata Pelajaran |
I
|
II
|
III
|
1.
|
Kurikulum
Pendidikan Nasional (Diknas)
|
|||
1.1
|
PPKn
|
2
|
2
|
2
|
1.2
|
Bahasa dan Sastra Indonesia
|
2
|
2
|
2
|
1.3
|
Matematika
|
4
|
4
|
4
|
1.4
|
Bahasa Inggris
|
4
|
4
|
4
|
1.5
|
Penjaskes
|
2
|
2
|
2
|
1.6
|
Sejarah Nasional dan Umum
|
2
|
2
|
-
|
1.7
|
Pendidikan Seni
|
2
|
2
|
-
|
1.8
|
Sosiologi-Antropologi
|
-
|
-
|
2
|
2.
|
Kurikulum Departemen Agama (Depag)
|
|||
2.1
|
Aqidah Akhlaq
|
2
|
2
|
2
|
2.2
|
Fiqh
|
4
|
4
|
4
|
2.3
|
Bahasa Arab
|
4
|
4
|
4
|
2.4
|
Sejarah Kebudayaan Islam
|
2
|
2
|
2
|
2.5
|
Al-Qur’an-Al-Hadits
|
4
|
4
|
4
|
2.6
|
Ilmu Tafsir
|
4
|
4
|
4
|
2.7
|
Ilmu Hadits
|
4
|
4
|
4
|
2.8
|
Ushul Fiqh
|
4
|
2
|
4
|
3.
|
Kurikulum Kepesantrenan |
|||
3.1
|
Nahwu
|
4
|
4
|
4
|
3.2
|
Shorof
|
2
|
2
|
2
|
3.3
|
Nahwu II (Alfiyah ibn Malik)
|
2
|
2
|
2
|
3.4
|
Tarikh Tasyri’ al-Islamy
|
2
|
2
|
2
|
No
|
III. Mata Pelajaran |
I
|
II
|
III
|
3.5
|
Qowaid al-Fiqh
|
2
|
2
|
2
|
3.6
|
Balaghoh
|
2
|
2
|
-
|
3.7
|
Ilmu Faroid
|
-
|
2
|
-
|
3.8
|
Ketrampilan Agama*)
|
-
|
-
|
2
|
|
|
60
|
60
|
60
|
*) Ekstrakurikuler
Tabel : III
*Kurikulum MAU
No
|
Mata Pelajaran
|
I
|
II
|
III IPS |
III IPA
|
1.
|
Kurikulum Pendidikan Nasional (Diknas)
|
||||
1.1
|
PPKn
|
2
|
2
|
2
|
2
|
1.2
|
Bahasa dan Sastra Indonesia
|
4
|
4
|
4
|
4
|
1.3
|
Matematika
|
4
|
6
|
4
|
6
|
1.4
|
Sejarah Nasional dan Umum
|
2
|
2
|
2
|
2
|
1.5
|
Bahasa Inggris
|
4
|
4
|
4
|
4
|
1.6
|
Penjaskes
|
2
|
2
|
2
|
2
|
1.7
|
Ekonomi
|
4
|
2
|
8
|
-
|
1.8
|
Fisika
|
4
|
4
|
-
|
6
|
1.9
|
Biologi
|
4
|
4
|
-
|
4
|
1.10
|
Kimia
|
4
|
4
|
-
|
6
|
1.11
|
Geografi
|
2
|
2
|
-
|
-
|
1.12
|
Pendidikan Seni
|
2
|
-
|
-
|
-
|
1.13
|
Sosiologi
|
-
|
2
|
4
|
-
|
1.14
|
Antropologi
|
-
|
-
|
4
|
-
|
1.15
|
Tata Negara
|
-
|
-
|
4
|
-
|
2.
|
Kurikulum Departemen Agama (Depag)
|
||||
2.1
|
Al-Qur’an-Al-Hadits
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2.2
|
Fiqh
|
4
|
2
|
2
|
2
|
2.3
|
Bahasa Arab
|
4
|
4
|
2
|
2
|
2.4
|
Aqidah Akhlaq
|
2
|
2
|
-
|
-
|
2.5
|
Sejarah Kebudayaan Islam
|
-
|
-
|
4
|
-
|
3.
|
Kurikulum Kepesantrenan |
||||
3.1
|
Nahwu
|
4
|
4
|
2
|
2
|
3.2
|
Shorof
|
2
|
2
|
-
|
-
|
3.3
|
Qowaid al-Fiqh
|
2
|
2
|
-
|
-
|
3.4
|
Ulum al-Qur’an al-Hadits
|
-
|
2
|
2
|
2
|
3.5
|
Ushul al-Fiqh
|
-
|
-
|
2
|
2
|
3.6
|
Ilmu Faroid
|
-
|
-
|
2
|
2
|
No
|
IV. Mata Pelajaran |
I
|
II
|
III IPS
|
III IPA |
3.7
|
Mumarosah
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3.8
|
Qiroatul Kutub*)
|
-
|
-
|
2
|
2
|
3.9
|
Ketrampilan Agama*)
|
-
|
-
|
2
|
2
|
|
|
60
|
60
|
60
|
60
|
*) Ekstrakurikuler
Kurikulum
yang diterapkan di Madrasah Aliyah Ali Maksum yaitu kurikulum yang berbasis
kompetensi. Sehingga dalam kebijakannya diputuskan, bahwa dalam pengetarapan
kurikulum di Madrasah Aliyah menerapkan pola 100% kurikulum Departemen Agama
(Depag RI), dan 100% kurikulum kepesantrenan.
Proses dan
Strategi Pelaksanaan Program
Proses disini dimaksudkan sebagai
kegiatan dari pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaimana tujuan-tujuan
belajar direalisasikan melalui modul. Proses pembelajaran perlu dilakukan
dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan
kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Proses
pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara
aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya.
Proses pembelajaran, dewasa ini masih
terdapat kecenderungan bersifat memaksakan target bahan ajar, bukan pada
pencapaian dan penguasaan kompetensi. Menurut Husni Rahim (Republika, 18/2000):
“Penyampaian materi akhlak disekolah oleh guru diberikan kepada siswa sebatas
teori”. Padahal materi akhlak sarat dengan muatan nilai-nilai yang perlu
menampilkan figur atau keteladanan. Dengan demikian guru harus mengubah
paradigma (pandangan) tentang proses pembelajaran yang hanya terfokus pada
aspek kognitif (pencapaian target bahan ajar) yang bersifat hafalan, ceramah
dan sejenisnya yang selama itu dilakukan, dengan pendekatan yang lebih
menyeluruh menyentuh aspek emosional (afektif) dan psikomotor.[74]
Sedangkan yang dimaksud dengan
strategi dalam kurikulum adalah pendekatan dan metode serta peralatan mengajar
yang digunakan dalam pengajaran, penilaian, serta bimbingan dalam mengatur
kegiatan.[75]
Pendekatan dalam pengajaran dapat dibedakan menjadi pendekatan materi, tujuan
dan proses. Pendekatan materi merupakan pendekatan konvensional. Pada
pendekatan ini keberhasilan belajar diukur dari selesai tidaknya pembahasan
terhadap materi yang telah diprogramkan. Pendekatan tujuan memandang
keberhasilan kegiatan belajar cukup diukur dengan tercapai tidaknya tujuan yang
telah ditetapkan. Sedangkan pada pendekatan proses beranggapan bahwa kegiatan
belajar-mengajar hendaklah memperhatikan proses dengan memperoleh hasil belajar
dan menolak hasil perolehan tersebut.[76]
Kualitas pembelajaran dapat dilihat
dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan
berhasil dan berkualitas apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar
(75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial
dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang
tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri.
Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau
setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Lebih lanjut proses pembelajaran
dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output
yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan
masyarakat dan pembangunan.[77]
Langkah-langkah
Guru di Madrasah Aliyah
Guru merupakan faktor penting yang
besar pengaruhnya terhadap keberhasilan implementasi KBK, bahkan sangat
menentukan berhasil- tidaknya peserta didik dalam belajar.
Beberapa hal yang harus dipahami guru
dari peserta didik, antara lain: kemampuan, potensi, minat, hoby, sikap,
kepribadian, kebiasaan, catatan kesehatan, latar belakang keluarga, dan
kegiatannya disekolah. Agar implementasi KBK berhasil memperhatikan perbedaan
individual, maka guru perlu memperhatikan hal-hal berikut: (1) mengurangi
metode ceramah, (2) memberikan tugas yang berbeda bagi bagi setiap peserta
didik, (3) mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya, serta
disesuaikan dengan mata pelajaran, (4) bahan harus dimodifikasi dan diperkaya,
(5) jangan ragu untuk berhubungan dengan specialist, bila ada peserta didik
yang mempunyai kelainan, (6) gunakan prosedur yang bervariasidalam membuat
penilaian dan membuat laporan, (7) ingat bahwa peserta didik tidak berkembang
dalam kecepatan yang sama, (8) usahakan mengembangkan situasi belajar yang
memungkinkan setiap anak bekerja dengan kemampuannya masing-masing pada tiap
pelajaran, dan (9) usahakan untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai
kegiatan.[78]
Adapun langkah-langkah yang ditempuh
guru Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum adalah sebagai berikut:
a.
Membuat program semester
b.
Membuat program tahunan
c.
Rapat antar guru
d.
Membuat ringkasan materi
e.
Menentukan/membuat LKS, Modul
(pada mata pelajaran tertentu), Menentukan buku pokok/acuan bagi siswa.
Dan dalam mengoptimalkan perkembangan siswa, ada tiga
langkah yang harus ditempuh yaitu:
a.
Mendiagnosis kemampuan dan
perkembangan siswa
b.
Memilih cara pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi siswa
c.
Kegiatan pembimbingan[79]
Adapun jumlah guru (Tenaga Pengajar)
di Madrasah Aliyah Ali Maksum pada tahun pelajaran 2002/2003 sebanyak 76 orang
yang perincian pertahunnya sebagaimana ada dalam tabel. Dari jumlah guru
(Tenaga Pengajar) tersebut ada tiga orang guru tetap (guru negeri yang
diperbantukan), dan 73 orang guru tidak tetap. Sedangkan dilihat dari jenjang
pendidikannya terdapat 66 orang alumni perguruan tinggi (99%) baik Strata 1
maupun Strata 2 (baik dari dalam maupun luar negeri), dan dalam 5 orang guru
dari alumni Aliyah dan selebihnya adalah dari Pondok Pesantren sendiri,
sedangkan pada tahun ajaran 2003/2004 jumlah guru berkurang menjadi 71 orang.
Tabel
: IV [80]
Keadaan Guru Madrasah Aliyah Ali Maksum
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
No
|
Pertahun Pelajaran
|
Jenis
|
Jumlah
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
|
1990/1991
1991/1992
1992/1993
1993/1994
1994/1995
1995/1996
1996/1997
1997/1998
1998/1999
1999/2000
2000/2001
2001/2002
2002/2003
2003/2004
|
35
38
46
44
47
48
55
65
57
58
57
56
58
43
|
6
8
10
7
9
15
15
12
17
14
12
16
17
28
|
41
46
56
51
56
63
70
77
74
72
69
72
76
71
|
Kegiatan
Intra Kurikuler
Proses
Belajar Mengajar
Proses belajar dilaksanakan dalam rangka memberi kesempatan kepada
siswa memperoleh pengalaman belajar. Proses belajar mengajar itu diselenggarakan
bergantung kepada jenis kurikulum yang dipakai. Kurikulum yang berpusat pada
mata pelajaran mempunyai perbedaan dengan yang berpusat pada pengalaman atau
fungsi kehidupan.
Pada kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran proses
belajar-mengajar dilaksanakan sekitar penguasaan siswa terhadap bahan
pelajaran. Prosesnya dapat beraneka ragam, dari mulai yang sederhana dengan
menggunakan ceramah sampai kepada yang kompleks seperti dengan metode penemuan.[81]
Mulai Tahun Pelajaran 2002/2003, sistem yang digunakan dalam proses
belajar-mengajar di Madrasah Aliyah Ali Maksum adalah dengan menggunakan sistem
Semester. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan daya
serap siswa dan keberhasilan usaha komulatif dalam mata pelajaran pendidikan,
lebih khusus bagi para pengajar.
Dalam penyelenggaraan proses belajar-mengajar, Madrasah Aliyah Ali
Maksum didukung oleh fasilitas-fasilitas antara lain: laboraturium IPA,
komputer, perpustakaan, bimbingan dan penyuluhan, dan ruang kelas putra-putri
yang terpisah.
Metode
Berbicara mengenai metode tidak akan
terlepas dari keahlian seorang guru, karena guru adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas pendidikan. Para pakar menyatakan bahwa, betapapun
bagusnya sebuah kurikulum (official, hasilnya sangat bergantung pada apa yang
dilakukan guru didalam maupun diluar kelas (actual).[82]
Dalam proses belajar-mengajar
guru-guru Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum menggunakan metode antara lain;
metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi dengan menggunakan audio
visual, penugasan dan lain sebagainya.[83]
Alat/Sarana/Fasilitas
Dalam rangka menyelenggarakan
pendidikan, lembaga pendidikan formal seperti Madrasah Aliyah memerlukan
fasilitas yang cukup memadai dalam menjalankan fungsinya. Fasilitas dan sarana
yang ada, baik fisik maupun non fisik mempunyai peranan penting dalam mencapai
keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu suatu lembaga pendidikan
yang baik dan yang mampu memenuhi harapan untuk mencapai tujuan pendidikan
adalah bagaimana memenuhi fasilitas-fasilitas yang diperlukan, sehingga dengan
demikian anak didik dapat belajar dengan baik.
Fasilitas-fasilitas berupa fisik
yang diperlukan dalam pendidikan meliputi sarana pergedungan (24 Kelas) dan
perlengkapannya, laboraturium, perpustakaan, sarana perkantoran, sarana olah
raga, kesenian, sarana-sarana ketrampilan juga sarana-sarana pendukung lainnya.
Sedangkan fasilitas non fisik yang
diperlukan meliputi suara tenang, gembira dan rasa aman serta rasa sejuk.
Diantara sekian banyak fasilitas yang terpenting adalah fasilitas gedung atau
ruangan kelas.
Disamping fasilitas pokok, ada
fasilitas penunjang lainnya yang harus dipenuhi yaitu, buku-buku tambahan
bantuan dari Depag RI Pusat, LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab),
buku terbitan dari kalangan sendiri yang disusun oleh para guru senior Pondok
Pesantren Krapyak maupun buku-buku dari penerbit lain yang dipandang dapat
memacu keberhasilan siswa.
Gedung Madrasah atau ruangan kelas
merupakan sarana yang paling penting dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh
karena itu selalu diupayakan bagaimana agar anak didik dapat belajar dengan
tenang dan bisa menguasai serta menerima apa yang disampaikan oleh guru melalui
pemenuhan sarana fisik (gedung).
1)
Fasilitas Gedung
Secara umum kondisi pergedungan di
Madrasah Aliyah Ali Maksum cukup memadai, karena gedung tersebut milik sendiri.
Gedung yang dimiliki adalah berlantai satu, dua dan empat. Semua digunakan
untuk sarana belajar mengajar dan sarana perkantoran.
Gedung Madrasah Aliyah Ali Maksum
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta yang dipakai untuk kegiatan belajar
mengajar ada dalam empat lokasi. Gedung (sarana belajar) khusus putri yang
berada di Komplek Diniyah (sebelah barat jalan K.H. Ali Maksum) yang terdiri
atas 9 lokal, dan komplek Ibu Noto yang terdiri dari 4 lokal.
Sedangkan khusus untuk putra ada tiga
tempat yaitu, di lingkungan Masjid Krapyak dan lingkungan perkantoran yang
terdiri atas 11 lokal.
Sedangkan gedung untuk perkantoran
meliputi ruang Kepala Madrasah, ruang tamu, ruang TU, perpustakaan,
laboraturium bahasa (menurut rencana) dan ruang khusus untuk cetak stensil dan
gedung penyimpanan.
2)
Peralatan Meubelar
Fasilitas meubelar adalah seperangkat
alat-alat perlengkapan kantor seperti meja, kursi, mesin ketik, komputer dan
sebagainya. Adapun perlengkapan meubelar yang dimiliki oleh Madrasah Aliyah Ali
Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta sebagaimana dijelaskan pada bab
sebelumnya.
Evaluasi
Evaluasi
dilakukan untuk mengukur sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai.[84]
Sedangkan evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran
(pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk
membuat keputusantentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah
melakukan kegiatan belajar mengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan
prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah
laku siswa.[85]
Dilihat dari pelaksanaan dan tujuannya,
evaluasi kurikulum dapat dibedakan kedalam dua macam, yaitu:
1)
Evaluasi formatif, yakni
evaluasi yang dilaksanakan selama kurikulum itu digunakan dengan tujuan untuk
menjadi dasar dalam perbaikan. Evaluasi ini dapat dilakukan terhadap
pelaksanaan paket-paket program atau masing-masing mata pelajaran dari suatu
kurikulum atau terhadap pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan. Karena
Madrasah Aliyah Ali Maksum sekarang menggunakan sistem semester, maka evaluasi
dilakukan dua kali tiap semesternya.
2)
Evaluasi sumatif, yakni
evaluasi yang dilakukan diakhir pelaksanaan suatu kurikulum.[86]
Evaluasi hasil belajar dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi di
Madrasah Aliyah Ali Maksum sekarang ini sama dengan sekolah-sekolah lainnya,
dan dalam UAN kelas III juga telah menggunakan standar penilaian nasional yaitu
dengan nilai kelulusan 4,01.
Kegiatan
Ekstra Kurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler ini
bertujuan agar siswa lebih memperkaya dan memperluas wawasan, mendorong
pembinaan nilai dan sikap, serta memungkinkan penerapan lebih lanjut
pengetahuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum,
baik program inti maupun program khusus.
Adapun bentuk kegiatan
ekstrakurikuler di Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta adalah:
Bidang
Ilmiah
Karya
Ilmiah Remaja (KIR)
Bertujuan: meningkatkan kualitas keilmuan santri,
sekaligus membina kemampuan menulis, meneliti, dan membuat laporan sekaligus
mempresentasikan.
Palang Merah
Remaja (PMR)
Bertujuan: membina dan melatih santri dalam memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan.
Patroli
Keamanan Sekolah (PKS)
Bertujuan: melatih santri agar mampu lebih
mendisiplinkan diri dan mendisiplinkan orang lain.
Majalah
Dinding
Bertujuan: melatih dan mengembangkan bakat santri dalam
bidang tulis menulis.
Bulletin Siswa
an-Nahdloh dan Khoirul Ummah
Bertujuan: melatih dan mengembangkan kreatifitas santri
dalam bidang tulis menulis dengan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.
Pendidikan dan
Pelatihan Kepemimpinan
Bertujuan: membina dan memupuk jiwa kepemimpinan santri
dalam kehidupan, dengan mencerminkan kepemimpinan yang islami.
Bidang
Ketrampilan
Komputer
Bertujuan: mengenalkan komputer kepada santri, sekaligus
mampu menggunakannya. Program yang dipelajari diantaranya WordStar, MS. Office,
MS. Excel, dan Lotus. Untuk sementarakegiatan ini baru dapat diikuti oleh
santri Madrasah Aliyah.
Tata Boga dan
Tata Busana
Bertujuan: membina dan mengembangkan ketrampilan santri
dalam bidang busana sesuai dengan perkembangan mode, masak memasak dan membuat
kue, serta menyajikannya secara baik dan menarik.
Bidang
Kesenian
Seni Baca
al-Qur’an (Qiro’ah)
Bertujuan: mengembangkan bakat dan minat santri dalam
olah vocal seni baca al-Qur’an. Melalui kegiatan ini diharapkan santri semakin
mencintai Kitab Sucinya.
Seni Hadroh
dan Qosidah
Bertujuan: mengembangkan bakat dan minat santri dalam
bidang seni musik yang bernuansa keislaman.
Seni Kaligrafi
Bertujuan: melatih dan memberi ketrampilan seni menulis
Arab secara benar dan indah.
Seni Drama
Bertujuan: membina dan mengembangkan ketrampilan santri
dalam bidang olah jiwa dan mengekspresikan diri untuk lebih mendekatkan diri
dengan Allah SWT.
Pencak Silat
LPSNU Pagar Nusa
Bertujuan: mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan
santri dalam cabang olah raga bela diri.
Olahraga
Bertujuan: mengembangkan bakat dan minat santri dalam
bidang olahraga. Untuk sementara cabang olahraga yang dikembangkan adalah sepak
bola dan bola voli.
Perbedaan antara Kurikulum 1994 dengan Kurikulum 2004
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) lahir
sebagai jawaban terhadap berbagai kritikan masyarakat terhadap kurikulum 1994,
serta sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan dunia kerja. Untuk lebih
memantapkan pemahaman tentang inovasi kurikulum ini dirasakan perlu untuk
mengkaji dan menganalisis beberapa hal mendasar yang membedakannya dengan
kurikulum sebelumnya. Oleh karena itu, dari tulisan ini disajikan secara khusus
bagaimana perbedaan Kurikulum 2004 dengan kurikulum 1994. Perbedaan tersebut
adalah sebagai berikut:
Kurikulum
1994
Menggunakan pendekatan penguasaan
ilmu pengetahuan, yang menekankan pada isi atau materi, berupa pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi yang diambil dari
bidang-bidang ilmu pengetahuan.
Standar akademis yang diterapkan
secara seragam bagi setiap peserta didik
Berbasis konten, sehingga peserta
didik dipandang sebagai kertas putih yang perlu ditulis dengan sejumlah ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge).
Pengembangan kurikulum dilakukan
secara sentralisasi, sehingga Depdiknas monopoli pengembangan ide dan konsepsi
kurikulum.
Materi yang dikembangkan dan
diajarkan di sekolah seringkali tidak sesuai dengan potensi sekolah, kebutuhan
dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
Guru merupakan kurikulum yang
menentukan segala sesuatu yang terjadi didalam kelas.
Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
dikembangkan melalui latihan, seperti latihan mengerjakan soal.
Pembelajaran cenderung hanya
dilakukan didalam kelas, atau dibatasi oleh empat dinding kelas.
Evaluasi nasional yang tidak dapat
menyentuh aspek-aspek kepribadian peserta didik.
Kurikulum
2004
Menggunakan
pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman, kemampuan atau kompetensi
tertentu disekolah, yang berkaitan dengan pekerjaan yang ada dimasyarakat.
Standar
kompetensi yang memperhatikan perbedaan individu, baik kemampuan, kecepatan
belajar, maupun konteks sosial budaya.
Berbasis
kompetensi, sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan yang
berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap
potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan
oleh lingkungan.
Pengembangan
kurikulum dilakukan secara desentralisasi, sehingga pemerintah dan masyarakat
bersama-sama menentukan standar pendidikan yang dituangkan dalam masyarakat.
Sekolah diberi
keleluasaan untuk menyusun dan mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga
dapat mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik,
serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
Guru sebagai
fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk memberikan kemudahan
belajar peserta didik.
Pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap dikembangkan berdasarkan pemahaman yang akan membentuk
kompetensi individual.
Pembelajaran
yang dilakukan mendorong terjalinnya kerja sama antara sekolah, masyarakat, dan
dunia kerja dalam membentuk kompetensi peseta didik.
Evaluasi
berbasis kelas, yang menekankan pada proses dan hasil belajar.[87]
Pada kurikulum baru dirancang dan
dikembangkan dengan cermat dan penuh pertimbangan, dengan menekan sekecil
mungkin kelemahan yang terdapat pada kurikulum sebelumnya, terutama pada
beratnya beban pelajaran yang ditanggung oleh siswa Madrasah Aliyah Ali Maksum
dan orientasinya yang menekankan pada target hasil belajar, bukan pada prosesnya.
Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengembangan Kurikulum
Dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan di Madrasah Aliyah Ali Maksum ini, maka pengembangan kurikulum
selain didukung oleh proses belajar mengajar yang tepat dan baik juga didukung
oleh beberapa faktor yaitu:
Faktor
Pendukung
Faktor pendukung dalam pengembangan
kurikulum di Madrasah Aliyah Ali Maksum diantaranya:
Sarana dan
prasarana yang memadai
Tata tertib
yang berlaku
Penyediaan
asrama bagi siswa
Alokasi waktu
yang tepat
Dana yang
mencukupi
Lingkungan
sekolah yang kondusif.
Faktor
Penghambat
Sedangkan hambatan yang dialami dalam
pengembangan kurikulum di Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum yaitu:
Kesulitan
dalam pembuatan Program Satuan Pelajaran
Kesulitan guru dalam pembuatan
Program Satuan Pelajaran. Disamping itu adanya beberapa pendidik yang
kadangkala tidak masuk (17,3%) perlu mendapatkan perhatian tersendiri, sehingga
hal tersebut tidak dijadikan suatu hal yang biasa, terkadang pendidik hadir
didalam kelas namun kemudian hanya memberikan tugas mencatat kemudian keluar
kembali. Jika hal ini dibiarkan tentunya akan mengganggu tercapainya tujuan
pendidikan.
Sarana dan
prasarana yang kurang memadai
Sarana dan pra sarana pengajaran
di Madrasah Aliyah Ali Maksum tergolong pada kategori kurang lengkap. Hal ini
perlu mendapat perhatian agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar.
Terbatasnya
waktu yang tersedia
Waktu sangat dibutuhkan dalam
proses belajar mengajar, khususnya pada pembaharuan kurikulum di Madrasah
Aliyah Ali Maksum, dimana waktu yang diberikan sangat terbatas walaupun telah
mengurangi beberapa jam pelajaran umum kedalam pelajaran khusus (keagamaan),
namun masih dianggap kurang kurang memadai, hal ini terjadi karena materi
materi pelajaran agama Islam yang harus dikuasai peserta didik terlalu banyak
sementara pihak madrasah baru dapat memberikan alokasi waktu 1 atau 2 jam
perminggu, sehingga mempersulit pendidik untuk membagi waktu tersebut.
Tingkat
kemauan untuk belajar yang kurang
Tingkat
kecerdasan yang berbeda-beda.
Terlalu banyak
materi pelajaran yang ditempuh
Kegiatan
Ekstra Kurikuler
Banyaknya kegiatan ekstra
kurikuler didalam/diluar madrasah yang ditawarkan pesantren kepada peserta
didik dalam rangka mengembangkan bakat dan minat, hal ini cukup menyita
perhatian mereka. Dalam hal ini hendaknya pendidik dapat mengarahkan mereka
sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.
Usaha-usaha untuk mengatasi hambatan yang timbul
Usaha-usaha yang dapat dilakukan
untuk mengatasi hambatan yang timbul dalam pengembangan kurikulum di Madrasah
Aliyah Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta adalah:
Membuat buku
panduan/pegangan hasil musyawarah yang terdiri dari analisis materi pelajaran,
program tahunan, program semester, program satuan pelajaran dan kisi-kisi soal.
Sehingga bagi guru yang mengalami kesulitan membuat program satuan pelajaran
cukup mempelajari hasil yang telah dibukukan.
Demikian juga dengan kehadiran para
guru, dalam hal ini sekolah selalu mengadakan musyawarah untuk menumbuhkan
semangat mengajar seorang guru dan kedisiplinannya.
Sarana dan
Prasarana yang kurang memadai sehingga untuk mengatasi masalah sarana dan
prasarana ini baik guru, sekolah maupun pemerintah berusaha semaksimal mungkin.
Hambatan dari segi ini berupa
terbatasnya buku pegangan murid, terbatasnya alat peraga, dan terbatasnya
tempat peraktek (laboratorium). Untuk masalah terbatasnya buku pegangan ini
bisa diatasi dengan jalan bagi siswa yang belum mendapatkan buku pegangan yang
diterbitkan oleh Depag dapat membeli buku-buku pendidikan yang sudah tersebar
dan mendapat rekomendasi dari Departemen Agama.
Terbatasnya
waktu yang tersedia merupakan salah satu kendala dalam pelaksanaan kurikulum
dan proses belajar mengajar. Karena dengan waktu yang sesingkat itu, seorang
guru tidak mungkin dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.
Oleh karena itu kepala sekolah
Madrasah Aliyah Ali Maksum mengeluarkan kebijakan kepada guru untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar tambahan diluar jam pelajaran dalam
bentuk kegiatan ekstra kurikuler.
Dengan kegiatan ini diharapkan para
guru dapat mengatasi masalah ini. Karena itu kegiatan ekstra kurikuler ini
harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Disamping menjadi masalah intern guru
juga menjadi masalah pemerintah. Untuk mengatasi masalah ini pemerintah telah
mengeluarkan aturan/kebijakan agar setiap Sekolah Menengah Umum khususnya
Madrasah Aliyah Ali Maksum wajib mengadakan kegiatan tambahan diluar jam
pelajaran.
Tingkat
kemauan anak yang berbeda menyebabkan kemauan dan minat anak terhadap tiap mata
pelajaran berbeda pula. Untuk mengatasi hal ini seorang guru harus berhati-hati
dalam mengadakan pendekatan kepada siswa. Dalam hal ini guru dapat bekerja sama
dengan guru BP.
Usaha yang dilakukan guru dalam
mengatasi masalah kemauan anak yang berbeda-beda adalah:
Mengadakan
pendekatan kepada siswa dan orang tua siswa
Memberikan
motivasi kepada siswa
Melibatkan
siswa dalam setiap aktivitas pendidikan
Mengutarakan
pentingnya pendidikan dalam kehidupan terutama untuk mencapai kebahagiaan dunia
akherat.
Menceritakan
kembali kejayaan Islam serta sejarah nabi dan perjuangannya
Menunjukkan
keagungan dan kebesaran Allah SWT.[88]
Tingkat
kecerdasan anak yang berbeda
Setiap anak memiliki kecerdasan yang
berbeda dalam menerima pelajaran. Biasanya anak yang dari MTs lebih mudah/cepat
menerima pelajaran daripada dari SMP. Sehingga anak yang dari SMP biasanya
sering ketinggalan pelajaran khususnya pelajaran agama.
Untuk mengatasi masalah ini para guru
mengupayakan dengan jalan:
Mengadakan les
baik secara individual maupun klasikal
Memberikan
ceramah agar timbul motivasi, dan mengadakan praktek ibadah seperti sholat,
zakat dan lain-lain.
Memberi tugas
pada siswa yang berhubungan dengan pelajaran khususnya bidang agama. [89]
Demikianlah berbagai upaya yang
dilakukan baik oleh sekolah, pemerintah maupun oleh guru sendiri dalam
mengatasi hambatan yang dirasakan dalam pelaksanaan kurikulum tahun 2004.
BAB IV
L. MATERI
KURIKULUM MADRASAH ALIYAH YAYASAN ALI MAKSUM
M.PONDOK
PESANTREN KRAPYAK YOGYAKARTA
Kurikulum 1994
Materi Pelajaran
Madrasah
Aliyah Ali Maksum adalah sebuah madrasah yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan
dan Pondok Pesantren. Dipahami dengan hal tersebut bahwa Madrasah Aliyah Ali
Maksum memiliki dua ciri yang melekat padanya yakni, satu sisi Madrasah Aliyah
Ali Maksum menunjukkan lembaga pendidikan formal (tingkat menengah atas)
dibawah naungan Depag, disisi lain merupakan bagian/komponen Pondok Pesantren
yang merupakan lembaga pendidikan Islam. Maka dua ciri itulah yang mewarnai
Madrasah Aliyah Ali Maksum baik secara struktural maupun kultural (kelembagaan
maupun tradisi keilmuan).
Berdasarkan
Keputusan menteri Agama RI nomor 373 tahun 1993 tanggal 22 Desember 1993,
kurikulum yang digunakan untuk Madrasah Aliyah adalah kurikulum tahun 1994,
maka Madrasah Aliyah menggunakan kurikulum itu adalah suatu keharusan
formalitas lembaga pendidikan formal dibawah naungan Departemen Agama.
Pada
pelaksanaannya Madrasah Aliyah Ali Maksum menerapkan kurikulum 1994 dan
memberikan beberapa tambahan materi tentang ajaran Islam dengan memberi
tambahan bidang studi dan pendalaman materi dengan rujukan Kitab Kuning,
buku-buku cetakan Pondok Pesantren Modern Gontor dan cetakan Pondok Pesantren
Krapyak. Dalam hal ini cara yang digunakan adalah menambah jam pelajaran dan
mengembangkan Kurikulum Departemen Agama dengan Kurikulum Pesantren dalam satu
jam pelajaran.
Adapun
tehnik pengembangannya adalah sebagai berikut: susunan Program Pendidikan Agama
Islam yang tercantum dalam kurikulum Departemen Agama adalah :
5.
Al-qur’an Hadits
6.
Fiqh
7.
Aqidah Akhlak dan
8.
Bahasa Arab
Kemudian dikembangkan
dengan program Pendidikan Agama Islam pada kurikulum Pesantren yaitu:
14. Hadits
15. Mustholahul
Hadits
16. Fiqh
17. Aqidah
18. Bahasa
Arab
19. Nahwu
Shorof
20. Insya
21. Mutholaah
22. Ushul
Fiqh
23. Balaghoh
24. Tarbiyah
25. Mahfudzot
26. Tafsir/Ilmu
Tafsir
Sehingga pengembangan dua
kurikulum tersebut menjadi :
5.
Alqur’an Hadits dikembangkan dengan:
a.
Tafsir/Ilmu Tafsir
b.
Hadits
c.
Mustholahul Hadits
6.
Fiqh dikembangkan menjadi:
a.
Fiqh (kajian Bidayatul Muftahid)
b.
Ushul Fiqh
7.
Aqidah Akhlak dikembangkan menjadi:
a.
Aqidah
b.
Addinul Islami
8.
Bahasa Arab dikembangkan menjadi:
a.
Bahasa Arab
b.
Nahwu/Shorof
c.
Insya
d.
Mutholaah
e.
Balaghoh
Kemudian ditambah dengan
pelajaran pesantren:
4.
Tarbiyah
5.
Mahfudzot
6.
Tarikh Islam[90]
Maksud
hal tersebut adalah diatas adalah untuk mencapai untuk mencapai tujuan formal
madrasah, yaitu mendidik peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai warga negara yang berpedoman Pancasila dan
menyiapkan peserta didik yang akan melanjutkan kejenjang perguruan tinggi
umum/agama, serta yang akan terjun kedunia kerja. Juga untuk mencapai cita-cita
Pondok Pesantren Ali Maksum yakni mencetak kader muslim yang tangguh dan siap
pakai.
Karena
itu dalam pengorganisasian kurikulum Madrasah Aliyah Ali Maksum sesuai dengan
kurikulum 1994, memilih bentuk keseluruhan. Bentuk ini mengutamakan tujuan yang
hendak dicapai yakni: membentuk manusia dalam kepribadian yang bulat
(integrated), harmonis dan segala perilakunya selaras dengan situasi dan
kondisi yang dialami dalam kehidupannya.
Berdasarkan
observasi, pengamatan dan pertimbangan kondisi Madrasah Aliyah Ali Maksum
membuka 4 (empat) program pilihan yaitu Program MAK, Program Bahasa, Program
IPA dan Program IPS.
Proses
Pelaksanaan Program
Proses disini dimaksudkan sebagai
kegiatan dari pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaimana tujuan-tujuan
belajar direalisasikan melalui modul. Proses pembelajaran perlu dilakukan
dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan
kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Proses
pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara
aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya.
Oleh karena itu seiring dengan
perkembangan pendidikan, tuntutan adanya materi yang sesuai dengan zamannya
menjadi relevan termasuk tuntutan terhadap metode pengajaran, media dan
evaluasi sebagai bahan dari proses pelaksanaan kurikulum. Menurut Fajar S.
sebaiknya guru harus mempunyai kompetensi untuk mengajar sehingga dalam
mengajar hasilnya dapat menyentuh ke aspek psikososial dan penalaran moral.
Khusus untuk materi yang menyangkut terhadap perubahan perilaku pendidikan
nilai dan dalam pengajarannya diwujudkan dalam kegiatan yang terprogram dan
nyata.[91]
Wujud dari program yang nyata
tersebut dapat dilihat dari bagaimana cara pelaksanaan materi-materi kurikulum
di Madrasah Aliyah Ali Maksum. Pelaksanaan materi tersebut menggunakan beberapa
metode, media dan evaluasi.
d.
Metode
Metode mengajar merupakan proses penyampaian materi dari
guru kepada murid didalam kelas ataupun diluar kelas. Adapun beberapa metode
yang digunakan oleh para guru di Madrasah Aliyah Ali Maksum antara lain:
1)
Metode ceramah
Yaitu metode penuturan secara lisan. Metode ini tidak
senantiasa jelek bila dipersiapkan dengan cara baik seperti sebelum mengajar
guru harus mengucapkan salam, berdo’a, tanya jawab, mengulang materi sebelumnya
dan menyimpulkan.
2)
Metode diskusi
Yaitu metode yang sering digunakan untuk tukar menukar
informasi sehingga didapatkan kesepakatan bersama, metode ini berfungsi untuk
memecahkan permasalahan (problem solving) dengan cara menghargai pendapat orang
lain, menambah kreatifitas siswa dalam berfikir ataupun dalam mengambil
keputusan.
3)
Metode tugas belajar
Metode ini berfungsi untuk merangsang anak untuk aktif
belajar baik secara individu ataupun kelompok.
4)
Metode active learning
Yaitu metode yang menuntut siswa ataupun guru untuk
sama-sama aktif dalam belajar.[92]
e.
Media
Untuk dapat menerapkan media yang efektif, maka
kehadiran dan kelengkapan fasilitas sekolah menjadi suatu keharusan.
Pengelolaan dan pendayagunaan media menjadi suatu keputusan bagi seorang guru.
Sedangkan dalam proses belajar mengajar para guru di Madrasah Aliyah Ali Maksum
menggunakan media yang ada, walaupun sangat sederhana seperti yang telah
ditegaskan oleh Bp. Juyamto dalam wawancaranya pada tanggal 22 Mei 2004, beliau
mengatakan bahwa fasilitas, sarana prasarana di Madrasah Aliyah Ali Maksum yang
masih sederhana harus digunakan dengan seoptimal mungkin.
Dengan penguasaan guru atas media, kemampuan merancang
dan mengembangkan media akan meningkatkan adanya dinamika baru dalam kegiatan
belajar mengajar.[93]
f.
Evaluasi
Evaluasi kurikulum merupakan kegiatan yang sangat luas
tidak hanya berkaitan dengan hasil belajar siswa tapi juga menyangkut aspek
kurikulum sendiri,kemampuan dan karya guru, kemajuan siswa, sarana prasarana,
manajemen sekolah (administrasi) dan lain-lain. Evaluasi dapat dikategorikan
secara khusus dan umum. Untuk evaluasi secara umum yang dilaksanakan antara
lain:
1)
Pertemuan antar pimpinan pondok
yang membahas pelaksanaan kurikulum, kedisiplinan, peran guru (tugas-tugasnya),
karyawan,kenakalan siswa, penerimaan siswa baru, SPP dan lain-lain.
2)
Pertemuan direktur, dan
kepala-kepala Madrasah yang membahas pelaksanaan proses belajar mengajar,
meningkatkan profesionalitas guru, meningkatkan, memperbaiki dan mempertahankan
prestasi siswa.
3)
Pertemuan guru-guru yang
membahas tentang laporann hasil belajar, kenakalan siswa, prestasi siswa dan
keseluruhan dari proses pembelajaran.
Dengan evaluasi seperti diatas dapat
menumbuhkan rasa persaudaraan antar guru, karyawan, pimpinan dan direktur,
sehingga dengan adanya pertemuan-pertemuan ini menjadi pertemuan silaturahmi
yang semakin erat.[94]
Sedangkan untuk evaluasi secara
khusus dapat dilihat dari hasil pelaksanaan materi pelajaran dikalas. Untuk
menilai hasil belajar siswa dapat digunakan dengan sistem semester mulai tahun
ajaran 2002/2003, tapi sebelum ujian semester (tertulis) dimulai terlebih
dahulu diadakan ujian lesan untuk mengetahui kemampuan dan pengusaan siswa
terhadap materi. Keahlian dan kecakapan membuat soal merupakan suatu
persyaratan yang mutlak bagi seorang guru, dengan soal yang baik dan tepat akan
diperoleh gambaran prestasi seorang siswa, adapun penyusunan soal tes
menggunakan:
3)
Tes esai, yaitu siswa diminta
menjawab pertanyaan dengan uraian dan penjelasan dengan menggunakan kata atau
kalimat sendiri. Pembuatan soal seperti ini dapat menilai proses mental yang
tinggi terutama dalam hal kesanggupan menyusun jawaban, berekspresi,
menggunakan bahasa, dan kreatifitas siswa dalam berfikir untuk memecahkan
soal/permasalahan.
4)
Tes obyektif, dalam soal ini
siswa harus memilih salah satu alternatif yang dikehendaki oleh guru, soal
seperti ini hanya digunakan untuk soal-soal materi umum, siswa tinggal memilih
jawaban yang telah tersedia.
Evaluasi dalam pembelajaran sangatlah
penting karena untuk mengukur kemampuan terhadap pencapaian materi dan prestasi
belajar siswa selama proses belajar mengajar. Untuk evaluasi tahap akhir (EBTA)
untuk Madrasah Aliyah tidak digunakan karena materi-materi Depag telah menjadi
bagian dari materi-materi lokal (pondok) sehingga proses EBTA menggunakan ujian
murni dari pondok pesatren Ali Maksum. Sedangkan untuk EBTANAS mulai tahun
ajaran 2002/2003 telah ditiadakan dalam SK No. 11/V/2002.[95]
Langkah-langkah
Guru di Madrasah Aliyah Ali Maksum
Guru merupakan faktor penting yang
besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pendidikan, bahkan sangat menentukan
berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh
guru Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum adalah sebagai berikut:
f.
Membuat program semester
g.
Membuat program tahunan
h.
Rapat antar guru
i.
Membuat ringkasan materi
j.
Menentukan/membuat LKS, Modul
(pada mata pelajaran tertentu), Menentukan buku pokok/acuan bagi siswa.[96]
Kegiatan
Intra Kurikuler
Kegiatan intra kurikuler merupakan pelaksanaan kegiatan belajar yang
dilakukan dengan cara tatap muka didalam kelas dengan berdasarkan pada alokasi
waktu yang telah ditetapkan. Yang harus diketahui adalah bahwa sebelum
melaksanakan proses belajar-mengajar seorang guru harus memahami isi kurikulum
dan membuat persiapan program pengajaran.
Proses kegiatan belajar-mengajar dilakukan oleh guru dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah
Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan merupakan
tahap pra instruksional yaitu yang ditempuh guru pada saat memulai proses
belajar-mengajar. Dalam kegiatan pendahuluan ini, guru memberikan motivasi,
apersepsi serta mengadakan test awal (pra test).
Berdasarkan hasil wawancara, dalam
kegiatan pendahuluan ini, ada beberapa kegiatan yang dilakukan baik oleh guru
atau oleh siswa, antara lain:
1)
Guru menanyakan kehadiran dan
mencatatnya
2)
Bertanya kepada siswa sampai
dimana pembahasan pelajaran sebelumnya
3)
Mengajukan pertanyaan kepada
siswa tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya
4)
Memberi kesempatan pada siswa
untuk bertanya tentang bahan yang belum dikuasainya
5)
Mengulang kembali bahan yang
lalu dengan singkat.[97]
Kegiatan
Inti
Kegiatan ini merupakan tahap
instruksional atau pengajaran yakni tahap memberikan bahan pelajaran yang
disusun guru sebelumnya. Dalam kegiatan inti ini guru menjelaskan tujuan yang
ingin dicapai, menjelaskan bahan pelajaran dengan menggunakan metode mengajar
yang tepat, sumber belajar dan sarana belajar, memberi latihan, membantu
pemahaman siswa dan memberikan bimbingan untuk perbaikan serta pengawasan.
Kegiatan
Penutup
Kegiatan
penutup merupakan kegiatan evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut dari
pelaksanaan program pengajaran dan penyampaian materi. Tujuan dari kegiatan
inti ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua
(kegiatan inti). Dalam kegiatan penutup ini langkah yang ditempuh oleh guru
adalah:
5)
Membuat resume pelajaran yang
baru disampaikan
6)
Mengajukan pertanyaan
(mengadakan post test)
7)
Memberikan tugas rumah dan
kokurikuler
8)
Memberi informasi tentang
materi/bahan pelajaran yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.[98]
Untuk
mengatasi proses pembelajaran atau proses belajar mengajar yang dianggap tidak
berhasil, biasanya para guru mengadakan pengulangan kembali materi yang belum
dikuasai dengan menempuh tiga cara, yaitu:
Guru
menjelaskan sendiri materi atau menyuruh siswa yang sudah dianggap menguasai
untuk menjelaskan kegiatan yang sudah terjadwal.
Mengadakan
diskusi kelompok, membahas materi yang belum
dikuasai.
Memberikan tugas
pekerjaan rumah yang berhubungan dengan pokok materi yang belum dikuasai
melalui kegiatan mandiri.[99]
Ketiga
rangkaian kegiatan yang telah dibahas diatas merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang terpadu dan tidak terpisahkan satu sama lain. Seorang guru dituntut untuk
dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian
kegiatan tersebut dapat diterima siswa secara utuh.
Kegiatan
Ekstra Kurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan
kegiatan yang diselenggarakan diluar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan
program sesuai dengan kebutuhan sekolah. Kegiatan ekstra kurikuler ini dapat
dilakukan disekolah maupun diluar sekolah dengan tujuan agar siswa dapat
memperluas wawasan atau kemampuan peningkatan dan penerapan nilai pengetahuan
dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran.
Adapun bentuk kegiatan
ekstrakurikuler di Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta adalah:
Perpustakaan
Perpustakaan sebagai tempat
pengembangan ilmu pengetahuan perlu dilembagakan secara formal. Tujuannya
karena untuk meningkatkan kualitas kemampuan siswa terhadap ilmu pengetahuan.
Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta telah mempunyai perpustakaan sendiri.
Diperpustakaan tersebut tersedia beberapa buku pengetahuan umum, buku-buku
agama, kitab-kitab yang berbahasa Arab (kitab kuning) sebagai literature para
siswa, dan buku pegangan guru. Penempatan buku dan pelayanan peminjaman
ditempatkan di Gedung Serbaguna (lingkungan perkotaan) lantai II.
Laboratorium
Laboratorium ini adalah laboratorium
dasar untuk IPA (fisika, kimia dan biologi). Laboratorium ini dibangun dalam
rangka meningkatkan keberhasilan siswa terutama dalam bidang IPA.
Peralatannya sudah cukup memadai
untuk praktikum IPA. Praktikumnya langsung dibawah bimbingan guru yang mengasuh
pelajaran IPA. Sedangkan waktu praktikumnya biasanya diselenggarakan sesudah
kegiatan jam belajar atau diberikan pada jam-jam pelajaran (ketrampilan).
Komputerisasi
Untuk menunjang keberhasilan siswa
dalam bidang ketrampilan, Madrasah Aliyah Ali Maksum menyediakan 10 unit
komputer. Ketrampilan dalam bidang komputer ini dilembagakan dalam bentuk
kursus. Melalui lembaga komputerisasi ini seluruh siswa diharapkan terampil
mengoperasikan komputer, minimal program Windows.
Pencak
Silat LPSNU Pagar Nusa
Pencak Silat LPSNU Pagar Nusa adalah
salah satu cabang olah raga bela diri yang didirikan oleh para pendekar
Nahdlatul Ulama (NU) yang biasa dilakukan dipondok-pondok pesantren baik di
Jawa maupun di luar Jawa.
Hingga sekarang anggota pencak silat
ini, khususnya di Madrasah Aliyah Ali Maksum, tiap tahunnya mencapai 50 orang
dengan dilatih oleh para pendekar senior. Tujuan diselenggarakannya olah raga
pencak silat LPSNU Pagar Nusa adalah untuk mengembangkan bakat, minat dan
kemampuan siswa dalam cabang olah raga bela diri.
Seni Baca
Al-Qur’an (Qira’ah)
Qira’ah adalah salah satu bentuk
kesenian/ketrampilan yang sudah biasa dijalani dan dilakukan oleh para santri
dimanapun berada. Tujuan utama diadakannya ekstrakurikuler seni baca Al-Qur’an
di Madrasah Aliyah Ali Maksum adalah untuk mengembangkan bakat dan minat siswa
dalam cabang olah vokal seni baca Al-Qur’an. Melalui kegiatan ini diharapkan
siswa semakin mencintai kitab suci Al-Qur’an.
Seni Hadrah
dan Seni Samrah
Seni hadrah dan seni Samrah adalah
salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di Madrasah Aliyah Ali
Maksum dengan tujuan untuk mengembangkan bakat dan minat siswa dalam bidang
seni musik yang bernuansa Islam.
Palang
Merah Remaja (PMR)
Tujuan diselenggarakannya kegiatan
Palang Merah Remaja (PMR) ini adalah untuk membina dan melatih para siswa dalam
memberi pertolongan pertama pada kecelakaan. Setiap tahunnya diadakan pelatihan
kepada anggota baru baru yang pelatihnya diambilkan dari para instruktur
kabupaten dan kadang juga dari instruktur propinsi.
Kelompok
Ilmiah Remaja (KIR)
KIR adalah salah satu kegiatan
kelompok ilmiah yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas berfikir dan
keilmuan siswa, sekaligus membina kemampuan menulis, meneliti, dan membuat
laporan serta mempresentasikannya.
Patroli
Keamanan Sekolah (PKS)
Kegiatan ekstrakurikuler yang banyak
manfaatnya bagi para siswa adalah Patroli Keamanan Sekolah (PKS). Kegiatan PKS
ini dimaksudkan untuk melatih siswa agar mampu lebih berdisiplin diri dan
membantu tugas-tugas kemadrasahan mendisiplinkan orang lain.
Seni
Kaligrafi
Tujuan seni kaligrafi bagi para siswa
adalah untuk melatih dan memberi ketrampilan seni penulis Aran secara benar dan
indah.
Jurnalistik
Kegiatan jurnalistik diselenggarakan
dengan tujuan melatih dan mengembangkan bakat siswa dalam bidang tulis-menulis.
Jika mampu, maka para siswa dapat menyalurkannya dalam tulis-menulis dimajalah
dinding milik Madrasah Aliyah yaitu majalah An Nasyath dan majalah Khoirul
Ummah.
Seni
Drama/Teater
Kegiatan seni drama/teater
dimaksudkan untuk membina dan mengembangakan ketrampilan siswa dalam bidang
seni drama, olah raga jiwa, mengekspresikan dirinya guna mendekatkan diri
dengan Allah SWT.
Tata Boga
dan Tata Busana
Kegiatan Tata Boga dan Tata Busana
dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan ketrampilan siswa dalam bidang
masak-memasak dan merangkai bunga, serta menata busana dengan baik, benar dan
sopan-Islami, juga menarik.
Pelatihan
Kepemimpinan/Keorganisasian
Kegiatan Pelatihan Kepemimpinan atau
Keorganisasian ini diselenggarakan sekali setahun. Tujuan pelatihan untuk
membina dan memupuk jiwa ketrampilan dan kepemimpinan siswa dalam menghadapi
kepemimpinan dimasa mendatang.[100]
Kurikulum 2004
Materi
Pelajaran
Madrasah
Aliyah adalah lembaga lanjutan bagi program pendidikan sebelumnya. Dalam
perkembangannya Madrasah Aliyah memiliki program Madrasah Aliyah Keagamaan
(MAK) maupun Madrasah Aliyah Umum (MAU), dengan maksud untuk menyiapkan santri
agar mampu mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi,
yang dijiwai akhlak al-karimah dan landasan ajaran Islam.
Madrasah
Aliyah juga membuka Kelas Persiapan (al-Qism al-I’dady) untuk satu tahun
pelajaran. Kelas ini bermaksud untuk menampung santri-santri yang dapat
diterima langsung dikelas I Madrasah Aliyah.
Pada
hakekatnya antara kurikulum 1994 dan kurikulum 2004 sama, akan tetapi dalam
perkembangan selanjutnya sekolah diberi keleluasaan untuk menyusun dan
mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasi potensi
sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat
sekitar sekolah.[101]
Berikut merupakan daftar materi pelajaran mulai kelas
persiapan (I’dad), kelas I, kelas II dan kelas III. Tahun pelajaran 2003/2004.
Tabel : I [102]
Kurikulum Madrasah Aliyah Ali Maksum
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
*Kurikulum MA Ali
Maksum Kelas I’dad
No
|
Mata
Pelajaran
|
Alokasi
|
1.
|
Pendidikan Umum
|
|
1.1
|
Matematika
|
4
|
1.2
|
Bahasa Inggris
|
4
|
1.3
|
Pendidikan
Jasmani-Kesehatan
|
2
|
2.
|
Kurikulum
Kepesantrenan
|
|
2.1
|
Bahasa Arab
|
4
|
2.2
|
Nahwu I
|
6
|
2.3
|
Shorof
|
8
|
2.4
|
Aqidah
|
4
|
No
|
Mata
Pelajaran
|
Alokasi
|
2.5
|
Akhlak
|
2
|
2.6
|
Fiqh
|
4
|
2.7
|
Tarekh
|
2
|
2.8
|
Tajwid
|
4
|
2.9
|
Tafsir
|
2
|
2.10
|
Hadits
|
2
|
2.11
|
Mumarosah
|
4
|
2.12
|
Khat dan Imla’
|
2
|
2.13
|
Nahwu II/Matn
al-Jurumiya*)
|
4
|
2.14
|
Ketrampilan Agama*)
|
2
|
|
|
60
|
*)
Ekstrakurikuler
Tabel : II
*Kurikulum MAK
No
|
V. Mata Pelajaran |
I
|
II
|
III
|
1.
|
Kurikulum
Pendidikan Nasional (Diknas)
|
|||
1.1
|
PPKn
|
2
|
2
|
2
|
1.2
|
Bahasa dan Sastra Indonesia
|
2
|
2
|
2
|
1.3
|
Matematika
|
4
|
4
|
4
|
1.4
|
Bahasa Inggris
|
4
|
4
|
4
|
1.5
|
Penjaskes
|
2
|
2
|
2
|
1.6
|
Sejarah Nasional dan Umum
|
2
|
2
|
-
|
1.7
|
Pendidikan Seni
|
2
|
2
|
-
|
1.8
|
Sosiologi-Antropologi
|
-
|
-
|
2
|
2.
|
Kurikulum Departemen Agama (Depag)
|
|||
2.1
|
Aqidah Akhlaq
|
2
|
2
|
2
|
2.2
|
Fiqh
|
4
|
4
|
4
|
2.3
|
Bahasa Arab
|
4
|
4
|
4
|
2.4
|
Sejarah Kebudayaan Islam
|
2
|
2
|
2
|
2.5
|
Al-Qur’an-Al-Hadits
|
4
|
4
|
4
|
2.6
|
Ilmu Tafsir
|
4
|
4
|
4
|
2.7
|
Ilmu Hadits
|
4
|
4
|
4
|
2.8
|
Ushul Fiqh
|
4
|
2
|
4
|
3.
|
Kurikulum Kepesantrenan |
|||
3.1
|
Nahwu
|
4
|
4
|
4
|
3.2
|
Shorof
|
2
|
2
|
2
|
3.3
|
Nahwu II (Alfiyah ibn Malik)
|
2
|
2
|
2
|
3.4
|
Tarikh Tasyri’ al-Islamy
|
2
|
2
|
2
|
No
|
VI. Mata Pelajaran |
I
|
II
|
III
|
3.5
|
Qowaid al-Fiqh
|
2
|
2
|
2
|
3.6
|
Balaghoh
|
2
|
2
|
-
|
3.7
|
Ilmu Faroid
|
-
|
2
|
-
|
3.8
|
Ketrampilan Agama*)
|
-
|
-
|
2
|
|
|
60
|
60
|
60
|
*) Ekstrakurikuler
Tabel : III
*Kurikulum MAU
No
|
Mata Pelajaran
|
I
|
II
|
III IPS |
III IPA
|
1.
|
Kurikulum Pendidikan Nasional (Diknas)
|
||||
1.1
|
PPKn
|
2
|
2
|
2
|
2
|
1.2
|
Bahasa dan Sastra Indonesia
|
4
|
4
|
4
|
4
|
1.3
|
Matematika
|
4
|
6
|
4
|
6
|
1.4
|
Sejarah Nasional dan Umum
|
2
|
2
|
2
|
2
|
1.5
|
Bahasa Inggris
|
4
|
4
|
4
|
4
|
1.6
|
Penjaskes
|
2
|
2
|
2
|
2
|
1.7
|
Ekonomi
|
4
|
2
|
8
|
-
|
1.8
|
Fisika
|
4
|
4
|
-
|
6
|
1.9
|
Biologi
|
4
|
4
|
-
|
4
|
1.10
|
Kimia
|
4
|
4
|
-
|
6
|
1.11
|
Geografi
|
2
|
2
|
-
|
-
|
1.12
|
Pendidikan Seni
|
2
|
-
|
-
|
-
|
1.13
|
Sosiologi
|
-
|
2
|
4
|
-
|
1.14
|
Antropologi
|
-
|
-
|
4
|
-
|
1.15
|
Tata Negara
|
-
|
-
|
4
|
-
|
2.
|
Kurikulum Departemen Agama (Depag)
|
||||
2.1
|
Al-Qur’an-Al-Hadits
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2.2
|
Fiqh
|
4
|
2
|
2
|
2
|
2.3
|
Bahasa Arab
|
4
|
4
|
2
|
2
|
2.4
|
Aqidah Akhlaq
|
2
|
2
|
-
|
-
|
2.5
|
Sejarah Kebudayaan Islam
|
-
|
-
|
4
|
-
|
3.
|
Kurikulum Kepesantrenan |
||||
3.1
|
Nahwu
|
4
|
4
|
2
|
2
|
3.2
|
Shorof
|
2
|
2
|
-
|
-
|
3.3
|
Qowaid al-Fiqh
|
2
|
2
|
-
|
-
|
3.4
|
Ulum al-Qur’an al-Hadits
|
-
|
2
|
2
|
2
|
3.5
|
Ushul al-Fiqh
|
-
|
-
|
2
|
2
|
3.6
|
Ilmu Faroid
|
-
|
-
|
2
|
2
|
No
|
VII. Mata Pelajaran |
I
|
II
|
III IPS
|
III IPA |
3.7
|
Mumarosah
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3.8
|
Qiroatul Kutub*)
|
-
|
-
|
2
|
2
|
3.9
|
Ketrampilan Agama*)
|
-
|
-
|
2
|
2
|
|
|
60
|
60
|
60
|
60
|
*) Ekstrakurikuler
Kurikulum
yang diterapkan di Madrasah Aliyah Ali Maksum yaitu kurikulum yang berbasis
kompetensi. Sehingga dalam kebijakannya diputuskan, bahwa dalam pengetarapan
kurikulum di Madrasah Aliyah menerapkan pola 100% kurikulum Departemen Agama
(Depag RI), dan 100% kurikulum kepesantrenan.
Proses dan
Strategi Pelaksanaan Program
Proses disini dimaksudkan sebagai
kegiatan dari pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaimana tujuan-tujuan
belajar direalisasikan melalui modul. Proses pembelajaran perlu dilakukan
dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan
kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Proses
pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara
aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya.
Proses pembelajaran, dewasa ini masih
terdapat kecenderungan bersifat memaksakan target bahan ajar, bukan pada
pencapaian dan penguasaan kompetensi. Menurut Husni Rahim (Republika, 18/2000):
“Penyampaian materi akhlak disekolah oleh guru diberikan kepada siswa sebatas
teori”. Padahal materi akhlak sarat dengan muatan nilai-nilai yang perlu
menampilkan figur atau keteladanan. Dengan demikian guru harus mengubah
paradigma (pandangan) tentang proses pembelajaran yang hanya terfokus pada
aspek kognitif (pencapaian target bahan ajar) yang bersifat hafalan, ceramah
dan sejenisnya yang selama itu dilakukan, dengan pendekatan yang lebih menyeluruh
menyentuh aspek emosional (afektif) dan psikomotor.[103]
Sedangkan yang dimaksud dengan
strategi dalam kurikulum adalah pendekatan dan metode serta peralatan mengajar
yang digunakan dalam pengajaran, penilaian, serta bimbingan dalam mengatur
kegiatan.[104]
Pendekatan dalam pengajaran dapat dibedakan menjadi pendekatan materi, tujuan
dan proses. Pendekatan materi merupakan pendekatan konvensional. Pada
pendekatan ini keberhasilan belajar diukur dari selesai tidaknya pembahasan
terhadap materi yang telah diprogramkan. Pendekatan tujuan memandang
keberhasilan kegiatan belajar cukup diukur dengan tercapai tidaknya tujuan yang
telah ditetapkan. Sedangkan pada pendekatan proses beranggapan bahwa kegiatan
belajar-mengajar hendaklah memperhatikan proses dengan memperoleh hasil belajar
dan menolak hasil perolehan tersebut.[105]
Kualitas pembelajaran dapat dilihat
dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan
berhasil dan berkualitas apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar
(75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial
dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang
tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri.
Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau
setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Lebih lanjut proses pembelajaran
dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output
yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan
masyarakat dan pembangunan.[106]
Langkah-langkah
Guru di Madrasah Aliyah
Guru merupakan faktor penting yang
besar pengaruhnya terhadap keberhasilan implementasi KBK, bahkan sangat
menentukan berhasil- tidaknya peserta didik dalam belajar.
Beberapa hal yang harus dipahami guru
dari peserta didik, antara lain: kemampuan, potensi, minat, hoby, sikap,
kepribadian, kebiasaan, catatan kesehatan, latar belakang keluarga, dan kegiatannya
disekolah. Agar implementasi KBK berhasil memperhatikan perbedaan individual,
maka guru perlu memperhatikan hal-hal berikut: (1) mengurangi metode ceramah,
(2) memberikan tugas yang berbeda bagi bagi setiap peserta didik, (3)
mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya, serta disesuaikan dengan
mata pelajaran, (4) bahan harus dimodifikasi dan diperkaya, (5) jangan ragu
untuk berhubungan dengan specialist, bila ada peserta didik yang mempunyai
kelainan, (6) gunakan prosedur yang bervariasidalam membuat penilaian dan
membuat laporan, (7) ingat bahwa peserta didik tidak berkembang dalam kecepatan
yang sama, (8) usahakan mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap
anak bekerja dengan kemampuannya masing-masing pada tiap pelajaran, dan (9)
usahakan untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan.[107]
Adapun langkah-langkah yang ditempuh
guru Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum adalah sebagai berikut:
a.
Membuat program semester
b.
Membuat program tahunan
c.
Rapat antar guru
d.
Membuat ringkasan materi
e.
Menentukan/membuat LKS, Modul
(pada mata pelajaran tertentu), Menentukan buku pokok/acuan bagi siswa.
Dan dalam mengoptimalkan perkembangan siswa, ada tiga
langkah yang harus ditempuh yaitu:
a.
Mendiagnosis kemampuan dan
perkembangan siswa
b.
Memilih cara pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi siswa
c.
Kegiatan pembimbingan[108]
Adapun jumlah guru (Tenaga Pengajar)
di Madrasah Aliyah Ali Maksum pada tahun pelajaran 2002/2003 sebanyak 76 orang
yang perincian pertahunnya sebagaimana ada dalam tabel. Dari jumlah guru
(Tenaga Pengajar) tersebut ada tiga orang guru tetap (guru negeri yang
diperbantukan), dan 73 orang guru tidak tetap. Sedangkan dilihat dari jenjang
pendidikannya terdapat 66 orang alumni perguruan tinggi (99%) baik Strata 1
maupun Strata 2 (baik dari dalam maupun luar negeri), dan dalam 5 orang guru
dari alumni Aliyah dan selebihnya adalah dari Pondok Pesantren sendiri,
sedangkan pada tahun ajaran 2003/2004 jumlah guru berkurang menjadi 71 orang.
Tabel
: IV [109]
Keadaan Guru Madrasah Aliyah Ali Maksum
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
No
|
Pertahun Pelajaran
|
Jenis
|
Jumlah
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
|
1990/1991
1991/1992
1992/1993
1993/1994
1994/1995
1995/1996
1996/1997
1997/1998
1998/1999
1999/2000
2000/2001
2001/2002
2002/2003
2003/2004
|
35
38
46
44
47
48
55
65
57
58
57
56
58
43
|
6
8
10
7
9
15
15
12
17
14
12
16
17
28
|
41
46
56
51
56
63
70
77
74
72
69
72
76
71
|
Kegiatan
Intra Kurikuler
Proses
Belajar Mengajar
Proses belajar dilaksanakan dalam rangka memberi kesempatan kepada
siswa memperoleh pengalaman belajar. Proses belajar mengajar itu
diselenggarakan bergantung kepada jenis kurikulum yang dipakai. Kurikulum yang
berpusat pada mata pelajaran mempunyai perbedaan dengan yang berpusat pada
pengalaman atau fungsi kehidupan.
Pada kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran proses
belajar-mengajar dilaksanakan sekitar penguasaan siswa terhadap bahan
pelajaran. Prosesnya dapat beraneka ragam, dari mulai yang sederhana dengan
menggunakan ceramah sampai kepada yang kompleks seperti dengan metode penemuan.[110]
Mulai Tahun Pelajaran 2002/2003, sistem yang digunakan dalam proses
belajar-mengajar di Madrasah Aliyah Ali Maksum adalah dengan menggunakan sistem
Semester. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan daya
serap siswa dan keberhasilan usaha komulatif dalam mata pelajaran pendidikan,
lebih khusus bagi para pengajar.
Dalam penyelenggaraan proses belajar-mengajar, Madrasah Aliyah Ali
Maksum didukung oleh fasilitas-fasilitas antara lain: laboraturium IPA,
komputer, perpustakaan, bimbingan dan penyuluhan, dan ruang kelas putra-putri
yang terpisah.
Metode
Berbicara mengenai metode tidak akan
terlepas dari keahlian seorang guru, karena guru adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas pendidikan. Para pakar menyatakan bahwa, betapapun
bagusnya sebuah kurikulum (official, hasilnya sangat bergantung pada apa yang
dilakukan guru didalam maupun diluar kelas (actual).[111]
Dalam proses belajar-mengajar
guru-guru Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum menggunakan metode antara lain;
metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi dengan menggunakan audio
visual, penugasan dan lain sebagainya.[112]
Alat/Sarana/Fasilitas
Dalam rangka menyelenggarakan
pendidikan, lembaga pendidikan formal seperti Madrasah Aliyah memerlukan
fasilitas yang cukup memadai dalam menjalankan fungsinya. Fasilitas dan sarana
yang ada, baik fisik maupun non fisik mempunyai peranan penting dalam mencapai
keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu suatu lembaga pendidikan
yang baik dan yang mampu memenuhi harapan untuk mencapai tujuan pendidikan
adalah bagaimana memenuhi fasilitas-fasilitas yang diperlukan, sehingga dengan
demikian anak didik dapat belajar dengan baik.
Fasilitas-fasilitas berupa fisik
yang diperlukan dalam pendidikan meliputi sarana pergedungan (24 Kelas) dan
perlengkapannya, laboraturium, perpustakaan, sarana perkantoran, sarana olah
raga, kesenian, sarana-sarana ketrampilan juga sarana-sarana pendukung lainnya.
Sedangkan fasilitas non fisik yang
diperlukan meliputi suara tenang, gembira dan rasa aman serta rasa sejuk.
Diantara sekian banyak fasilitas yang terpenting adalah fasilitas gedung atau
ruangan kelas.
Disamping fasilitas pokok, ada
fasilitas penunjang lainnya yang harus dipenuhi yaitu, buku-buku tambahan
bantuan dari Depag RI Pusat, LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab),
buku terbitan dari kalangan sendiri yang disusun oleh para guru senior Pondok
Pesantren Krapyak maupun buku-buku dari penerbit lain yang dipandang dapat
memacu keberhasilan siswa.
Gedung Madrasah atau ruangan kelas
merupakan sarana yang paling penting dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh
karena itu selalu diupayakan bagaimana agar anak didik dapat belajar dengan
tenang dan bisa menguasai serta menerima apa yang disampaikan oleh guru melalui
pemenuhan sarana fisik (gedung).
3)
Fasilitas Gedung
Secara umum kondisi pergedungan di
Madrasah Aliyah Ali Maksum cukup memadai, karena gedung tersebut milik sendiri.
Gedung yang dimiliki adalah berlantai satu, dua dan empat. Semua digunakan
untuk sarana belajar mengajar dan sarana perkantoran.
Gedung Madrasah Aliyah Ali Maksum
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta yang dipakai untuk kegiatan belajar
mengajar ada dalam empat lokasi. Gedung (sarana belajar) khusus putri yang
berada di Komplek Diniyah (sebelah barat jalan K.H. Ali Maksum) yang terdiri
atas 9 lokal, dan komplek Ibu Noto yang terdiri dari 4 lokal.
Sedangkan khusus untuk putra ada tiga
tempat yaitu, di lingkungan Masjid Krapyak dan lingkungan perkantoran yang
terdiri atas 11 lokal.
Sedangkan gedung untuk perkantoran
meliputi ruang Kepala Madrasah, ruang tamu, ruang TU, perpustakaan,
laboraturium bahasa (menurut rencana) dan ruang khusus untuk cetak stensil dan
gedung penyimpanan.
4)
Peralatan Meubelar
Fasilitas meubelar adalah seperangkat
alat-alat perlengkapan kantor seperti meja, kursi, mesin ketik, komputer dan
sebagainya. Adapun perlengkapan meubelar yang dimiliki oleh Madrasah Aliyah Ali
Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta sebagaimana dijelaskan pada bab
sebelumnya.
Evaluasi
Evaluasi
dilakukan untuk mengukur sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai.[113]
Sedangkan evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran
(pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk
membuat keputusantentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah
melakukan kegiatan belajar mengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan
prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah
laku siswa.[114]
Dilihat dari pelaksanaan dan tujuannya,
evaluasi kurikulum dapat dibedakan kedalam dua macam, yaitu:
1)
Evaluasi formatif, yakni
evaluasi yang dilaksanakan selama kurikulum itu digunakan dengan tujuan untuk
menjadi dasar dalam perbaikan. Evaluasi ini dapat dilakukan terhadap
pelaksanaan paket-paket program atau masing-masing mata pelajaran dari suatu
kurikulum atau terhadap pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan. Karena
Madrasah Aliyah Ali Maksum sekarang menggunakan sistem semester, maka evaluasi
dilakukan dua kali tiap semesternya.
2)
Evaluasi sumatif, yakni
evaluasi yang dilakukan diakhir pelaksanaan suatu kurikulum.[115]
Evaluasi hasil belajar dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi di
Madrasah Aliyah Ali Maksum sekarang ini sama dengan sekolah-sekolah lainnya,
dan dalam UAN kelas III juga telah menggunakan standar penilaian nasional yaitu
dengan nilai kelulusan 4,01.
Kegiatan
Ekstra Kurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler ini
bertujuan agar siswa lebih memperkaya dan memperluas wawasan, mendorong
pembinaan nilai dan sikap, serta memungkinkan penerapan lebih lanjut
pengetahuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum,
baik program inti maupun program khusus.
Adapun bentuk kegiatan
ekstrakurikuler di Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta adalah:
Bidang
Ilmiah
Karya
Ilmiah Remaja (KIR)
Bertujuan: meningkatkan kualitas keilmuan santri,
sekaligus membina kemampuan menulis, meneliti, dan membuat laporan sekaligus
mempresentasikan.
Palang Merah
Remaja (PMR)
Bertujuan: membina dan melatih santri dalam memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan.
Patroli
Keamanan Sekolah (PKS)
Bertujuan: melatih santri agar mampu lebih
mendisiplinkan diri dan mendisiplinkan orang lain.
Majalah Dinding
Bertujuan: melatih dan mengembangkan bakat santri dalam
bidang tulis menulis.
Bulletin Siswa
an-Nahdloh dan Khoirul Ummah
Bertujuan: melatih dan mengembangkan kreatifitas santri
dalam bidang tulis menulis dengan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.
Pendidikan dan
Pelatihan Kepemimpinan
Bertujuan: membina dan memupuk jiwa kepemimpinan santri
dalam kehidupan, dengan mencerminkan kepemimpinan yang islami.
Bidang
Ketrampilan
Komputer
Bertujuan: mengenalkan komputer kepada santri, sekaligus
mampu menggunakannya. Program yang dipelajari diantaranya WordStar, MS. Office,
MS. Excel, dan Lotus. Untuk sementarakegiatan ini baru dapat diikuti oleh
santri Madrasah Aliyah.
Tata Boga dan
Tata Busana
Bertujuan: membina dan mengembangkan ketrampilan santri
dalam bidang busana sesuai dengan perkembangan mode, masak memasak dan membuat
kue, serta menyajikannya secara baik dan menarik.
Bidang
Kesenian
Seni Baca
al-Qur’an (Qiro’ah)
Bertujuan: mengembangkan bakat dan minat santri dalam
olah vocal seni baca al-Qur’an. Melalui kegiatan ini diharapkan santri semakin
mencintai Kitab Sucinya.
Seni Hadroh
dan Qosidah
Bertujuan: mengembangkan bakat dan minat santri dalam
bidang seni musik yang bernuansa keislaman.
Seni Kaligrafi
Bertujuan: melatih dan memberi ketrampilan seni menulis
Arab secara benar dan indah.
Seni Drama
Bertujuan: membina dan mengembangkan ketrampilan santri
dalam bidang olah jiwa dan mengekspresikan diri untuk lebih mendekatkan diri
dengan Allah SWT.
Pencak Silat
LPSNU Pagar Nusa
Bertujuan: mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan
santri dalam cabang olah raga bela diri.
Olahraga
Bertujuan: mengembangkan bakat dan minat santri dalam
bidang olahraga. Untuk sementara cabang olahraga yang dikembangkan adalah sepak
bola dan bola voli.
Perbedaan antara Kurikulum 1994 dengan Kurikulum 2004
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
lahir sebagai jawaban terhadap berbagai kritikan masyarakat terhadap kurikulum
1994, serta sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan dunia kerja. Untuk lebih
memantapkan pemahaman tentang inovasi kurikulum ini dirasakan perlu untuk
mengkaji dan menganalisis beberapa hal mendasar yang membedakannya dengan
kurikulum sebelumnya. Oleh karena itu, dari tulisan ini disajikan secara khusus
bagaimana perbedaan Kurikulum 2004 dengan kurikulum 1994. Perbedaan tersebut
adalah sebagai berikut:
Kurikulum
1994
Menggunakan pendekatan penguasaan
ilmu pengetahuan, yang menekankan pada isi atau materi, berupa pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi yang diambil dari
bidang-bidang ilmu pengetahuan.
Standar akademis yang diterapkan
secara seragam bagi setiap peserta didik
Berbasis konten, sehingga peserta
didik dipandang sebagai kertas putih yang perlu ditulis dengan sejumlah ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge).
Pengembangan kurikulum dilakukan
secara sentralisasi, sehingga Depdiknas monopoli pengembangan ide dan konsepsi
kurikulum.
Materi yang dikembangkan dan
diajarkan di sekolah seringkali tidak sesuai dengan potensi sekolah, kebutuhan
dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
Guru merupakan kurikulum yang
menentukan segala sesuatu yang terjadi didalam kelas.
Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
dikembangkan melalui latihan, seperti latihan mengerjakan soal.
Pembelajaran cenderung hanya
dilakukan didalam kelas, atau dibatasi oleh empat dinding kelas.
Evaluasi nasional yang tidak dapat
menyentuh aspek-aspek kepribadian peserta didik.
Kurikulum
2004
Menggunakan
pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman, kemampuan atau kompetensi
tertentu disekolah, yang berkaitan dengan pekerjaan yang ada dimasyarakat.
Standar
kompetensi yang memperhatikan perbedaan individu, baik kemampuan, kecepatan
belajar, maupun konteks sosial budaya.
Berbasis
kompetensi, sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan yang
berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap
potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan
oleh lingkungan.
Pengembangan
kurikulum dilakukan secara desentralisasi, sehingga pemerintah dan masyarakat
bersama-sama menentukan standar pendidikan yang dituangkan dalam masyarakat.
Sekolah diberi
keleluasaan untuk menyusun dan mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga
dapat mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik,
serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
Guru sebagai
fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk memberikan kemudahan
belajar peserta didik.
Pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap dikembangkan berdasarkan pemahaman yang akan membentuk kompetensi
individual.
Pembelajaran
yang dilakukan mendorong terjalinnya kerja sama antara sekolah, masyarakat, dan
dunia kerja dalam membentuk kompetensi peseta didik.
Evaluasi
berbasis kelas, yang menekankan pada proses dan hasil belajar.[116]
Pada kurikulum baru dirancang dan
dikembangkan dengan cermat dan penuh pertimbangan, dengan menekan sekecil
mungkin kelemahan yang terdapat pada kurikulum sebelumnya, terutama pada
beratnya beban pelajaran yang ditanggung oleh siswa Madrasah Aliyah Ali Maksum
dan orientasinya yang menekankan pada target hasil belajar, bukan pada
prosesnya.
Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pengembangan Kurikulum
Dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan di Madrasah Aliyah Ali Maksum ini, maka pengembangan kurikulum
selain didukung oleh proses belajar mengajar yang tepat dan baik juga didukung
oleh beberapa faktor yaitu:
Faktor
Pendukung
Faktor pendukung dalam pengembangan
kurikulum di Madrasah Aliyah Ali Maksum diantaranya:
Sarana dan
prasarana yang memadai
Tata tertib
yang berlaku
Penyediaan
asrama bagi siswa
Alokasi waktu
yang tepat
Dana yang
mencukupi
Lingkungan
sekolah yang kondusif.
Faktor
Penghambat
Sedangkan hambatan yang dialami dalam
pengembangan kurikulum di Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum yaitu:
Kesulitan
dalam pembuatan Program Satuan Pelajaran
Kesulitan guru dalam pembuatan
Program Satuan Pelajaran. Disamping itu adanya beberapa pendidik yang
kadangkala tidak masuk (17,3%) perlu mendapatkan perhatian tersendiri, sehingga
hal tersebut tidak dijadikan suatu hal yang biasa, terkadang pendidik hadir
didalam kelas namun kemudian hanya memberikan tugas mencatat kemudian keluar
kembali. Jika hal ini dibiarkan tentunya akan mengganggu tercapainya tujuan
pendidikan.
Sarana dan
prasarana yang kurang memadai
Sarana dan pra sarana pengajaran
di Madrasah Aliyah Ali Maksum tergolong pada kategori kurang lengkap. Hal ini
perlu mendapat perhatian agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar.
Terbatasnya
waktu yang tersedia
Waktu sangat dibutuhkan dalam
proses belajar mengajar, khususnya pada pembaharuan kurikulum di Madrasah
Aliyah Ali Maksum, dimana waktu yang diberikan sangat terbatas walaupun telah
mengurangi beberapa jam pelajaran umum kedalam pelajaran khusus (keagamaan),
namun masih dianggap kurang kurang memadai, hal ini terjadi karena materi
materi pelajaran agama Islam yang harus dikuasai peserta didik terlalu banyak
sementara pihak madrasah baru dapat memberikan alokasi waktu 1 atau 2 jam
perminggu, sehingga mempersulit pendidik untuk membagi waktu tersebut.
Tingkat
kemauan untuk belajar yang kurang
Tingkat
kecerdasan yang berbeda-beda.
Terlalu banyak
materi pelajaran yang ditempuh
Kegiatan
Ekstra Kurikuler
Banyaknya kegiatan ekstra
kurikuler didalam/diluar madrasah yang ditawarkan pesantren kepada peserta
didik dalam rangka mengembangkan bakat dan minat, hal ini cukup menyita
perhatian mereka. Dalam hal ini hendaknya pendidik dapat mengarahkan mereka
sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.
Usaha-usaha untuk mengatasi hambatan yang timbul
Usaha-usaha yang dapat dilakukan
untuk mengatasi hambatan yang timbul dalam pengembangan kurikulum di Madrasah
Aliyah Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta adalah:
Membuat buku
panduan/pegangan hasil musyawarah yang terdiri dari analisis materi pelajaran,
program tahunan, program semester, program satuan pelajaran dan kisi-kisi soal.
Sehingga bagi guru yang mengalami kesulitan membuat program satuan pelajaran
cukup mempelajari hasil yang telah dibukukan.
Demikian juga dengan kehadiran para
guru, dalam hal ini sekolah selalu mengadakan musyawarah untuk menumbuhkan
semangat mengajar seorang guru dan kedisiplinannya.
Sarana dan
Prasarana yang kurang memadai sehingga untuk mengatasi masalah sarana dan
prasarana ini baik guru, sekolah maupun pemerintah berusaha semaksimal mungkin.
Hambatan dari segi ini berupa
terbatasnya buku pegangan murid, terbatasnya alat peraga, dan terbatasnya
tempat peraktek (laboratorium). Untuk masalah terbatasnya buku pegangan ini
bisa diatasi dengan jalan bagi siswa yang belum mendapatkan buku pegangan yang
diterbitkan oleh Depag dapat membeli buku-buku pendidikan yang sudah tersebar
dan mendapat rekomendasi dari Departemen Agama.
Terbatasnya
waktu yang tersedia merupakan salah satu kendala dalam pelaksanaan kurikulum
dan proses belajar mengajar. Karena dengan waktu yang sesingkat itu, seorang
guru tidak mungkin dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.
Oleh karena itu kepala sekolah
Madrasah Aliyah Ali Maksum mengeluarkan kebijakan kepada guru untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar tambahan diluar jam pelajaran dalam
bentuk kegiatan ekstra kurikuler.
Dengan kegiatan ini diharapkan para
guru dapat mengatasi masalah ini. Karena itu kegiatan ekstra kurikuler ini
harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Disamping menjadi masalah intern guru
juga menjadi masalah pemerintah. Untuk mengatasi masalah ini pemerintah telah
mengeluarkan aturan/kebijakan agar setiap Sekolah Menengah Umum khususnya
Madrasah Aliyah Ali Maksum wajib mengadakan kegiatan tambahan diluar jam
pelajaran.
Tingkat
kemauan anak yang berbeda menyebabkan kemauan dan minat anak terhadap tiap mata
pelajaran berbeda pula. Untuk mengatasi hal ini seorang guru harus berhati-hati
dalam mengadakan pendekatan kepada siswa. Dalam hal ini guru dapat bekerja sama
dengan guru BP.
Usaha yang dilakukan guru dalam
mengatasi masalah kemauan anak yang berbeda-beda adalah:
Mengadakan
pendekatan kepada siswa dan orang tua siswa
Memberikan
motivasi kepada siswa
Melibatkan
siswa dalam setiap aktivitas pendidikan
Mengutarakan
pentingnya pendidikan dalam kehidupan terutama untuk mencapai kebahagiaan dunia
akherat.
Menceritakan
kembali kejayaan Islam serta sejarah nabi dan perjuangannya
Menunjukkan
keagungan dan kebesaran Allah SWT.[117]
Tingkat
kecerdasan anak yang berbeda
Setiap anak memiliki kecerdasan yang
berbeda dalam menerima pelajaran. Biasanya anak yang dari MTs lebih mudah/cepat
menerima pelajaran daripada dari SMP. Sehingga anak yang dari SMP biasanya
sering ketinggalan pelajaran khususnya pelajaran agama.
Untuk mengatasi masalah ini para guru
mengupayakan dengan jalan:
Mengadakan les
baik secara individual maupun klasikal
Memberikan
ceramah agar timbul motivasi, dan mengadakan praktek ibadah seperti sholat,
zakat dan lain-lain.
Memberi tugas
pada siswa yang berhubungan dengan pelajaran khususnya bidang agama. [118]
Demikianlah berbagai upaya yang
dilakukan baik oleh sekolah, pemerintah maupun oleh guru sendiri dalam
mengatasi hambatan yang dirasakan dalam pelaksanaan kurikulum tahun 2004.
[1] Abu Hamid, Sistem Pendidikan Madrasahdan
Pesantren di Sulawesi Selatan Taufiah Abdullah
ed. Agama dan Perubahan Sosial (Jakarta: Rajawali, 1983), hlm.328.
[2] Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan
Modernitas , (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 15
[3] Maksum, Madrasah Sejarah dan
Perkembangannya, (Jakarta: Logos
Wacana, 1999), hlm. 151.
[4] Marwan Saridjo, Bunga Rampai Pendidikan
Agama Islam, (Jakarta: CV. Amissco, 1996), hlm. 124
[5] A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir
Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
Progressif, 1984), hlm. 1054
[6] W.J.S. Poerwodarminta, Kamus Umum Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), hlm. 998.
[7] Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren,
Studi Tentang Pandangan Terhadap Kiyai, (Jakarta: LP3ES, 1994), hlm.44.
[8] Abdul Qadir Jaelani, Peran Ulama, Santri
Dalam Politik di Indonesia , (Surabaya: Bina Ilmu, 1994), hlm. 7
[9] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 414.
[10] Burhan Nurgiantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah
(Sebuah Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan), (Yogyakarta: BPFP, 1988), hlm.
13.
[11] Muhammad Zein, Asas dan Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta:
Sumbangsih Offset, 1991), hlm. 26.
[12] Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 36.
[13] Ibid., hlm. 38
[14] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 17
[15] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), cet kedua,
hlm. 4
[17] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2000), hlm. 58.
[18] Muhammad Zein, Op. Cit., hlm. 25
[19] Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah,
(Bandung: Sinar Baru, 1991), hlm. 172.
[20] Oemar Hamalik, Pengembangan Kurikulum Dasar dan Pengembangannya,
(Bandung: Bandar Maju, 1990), hlm. 49
[21] A.D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan
Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), hlm.23
[22] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktek, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, Cet. Ketiga, 2000), hlm. 102.
[23] Ibid., hlm. 103.
[24] Ibid., hlm. 105-107
[25] Ibid., hlm. 108-109.
[26] Ibid., hlm. 110-112.
[29] Nana Syaodih, Op. Cit, hlm. 158-159
[30] Nana Syaodih, Pengembangan kurikulum, op.cit,
hlm. 160-161.
[31] Hilda Taba, dalam tulisan S. Nasution, Asas-Asas
Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 39.
[32] Departemen Pendidikan Nasional, Pelaksanaan
Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang, 2002),
hlm. 3.
[33] Iskandar Wiryokusumo, Usman Mulyadi, Dasar
Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. 7-9.
[34] Anas Sudijono, Metodologi Research dan
Bimbingan Skripsi, (Yogyakarta : UD. Kami, 1983), hlm. 30.
[35] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1998), hlm. 116
[36] M.Subana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah,
(Bandung : Pustaka Setia, 2001), hlm. 115.
[38] Sutrisno Hadi, Metodologi Research I,
(Yogyakarta : Andi Offset, 1987), hlm. 183.
[40] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian
Suatu…, Op.Cit, hlm. 202.
[41] Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian
Ilmiah , (Bandung : Tarsito, 1982), hlm. 109.
[42] Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian
Ilmiah, Dasar Metode dan Teknik, (Bandung: Tarsito, 1984), Edisi VII, hlm.
134.
[43] Sutrisno Hadi, Metodologi Research, jilid 2,
Cet. XVII: (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1985), hlm.
242
[44] Winarno Surakhmad, Op.Cit, hlm. 145
[45] Jalaludin Rakhmad, Metode Penelitian
Komunikasi, (Bandung: Remaja Karya, 1994), hlm. 14
[46] …Buku Profil Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum, Yogyakarta
: Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak, 2001, hlm. 08.
[47] M. Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta
: Ciputat Pers, 2002, hlm. 120.
[48] Wawancara dengan Bapak Yasin, Panitia Penerimaan Siswa Baru
2003-2004, tanggal 29 Maret 2004, pukul. 10.30
[49] Data disalin dari tabel rekapitulasi jumlah siswa-siswi Madrasah
Aliyah Ali Maksum tahun 2003-2004 pada bulan April 2004.
[50] Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah, Drs. Jutyamto, tanggal 26
April 2004
[51] Asyhari Abdullah Tamrin, Profil Madrasah Aliyah Ali Maksum
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, (Yogyakarta: MA Ali Maksum, 2003),
hlm. 32-33
[52] Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Ur. Kurikulum dan Pengajaran,
Bapak. Juyamto pada tanggal 04 Mei 2004, di Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum,
pukul 13. 15 siang
[53] Nana Syaodih Sukmadinata., Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 38.
[54] Djunaidi Abd. Syukur, dkk., Profil Madrasah Aliyah Ali Maksum
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, (Yogyakarta: ELHAMRA Press., 2003),
hlm. 19.
[55] Dikutip dari dokumen GBPP Kurikulum 1994, pada tanggal. 22 Juni
2004.
[56] Djunaidi Abd. Syakur, dkk., Op. Cit., hlm. 10.
[57] Dikutip dari GBPP Kurikulum Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, pada tanggal. 22 Juni 2004.
[58] Hasil wawancara dengan waka sek, Juyamto, pada tanggal. 22 Juni
2004.
[59] Nana Syaodih Sukmadinata, Op.
Cit., hlm. 177.
[60] Muhammad Ali., Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, (Bandung:
Sinar Baru, 1992), hlm. 130.
[61] Wawancara dengan Bapak Juyamto Ur. Kurikulum, tanggal 22 Mei 2004
[62] Paul Suparno, SJ dkk, Reformasi Pendidikan…Op.Cit., hlm. 81.
[63] Wawancara dengan Bapak Juyamto, pada tanggal 22 Mei 2004.
[64] Ibid., tanggal. 22 Mei 2004.
[65] Ibid.
[66] Ibid.
[67] Ibid.,
[68] Hasil wawancara kelas (kegiatan belajar mengajar), dengan Bapak
Juyamto, pada tanggal 04 Mei 2004.
[69] Ibid.,
[70] Hasil wawancara dengan guru Madrasah Aliyah Ali Maksum, Bapak
Miftahuddin, pada tanggal 04 Mei 2004
[71] Asyhari Abdullah Tamrin, Profil Madrasah Aliyah Ali Maksum, Op.
Cit., hlm. 45-48
[72] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik,
dan Implementasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 167
[73] Yayasan Ali Maksum, Buku Pedoman MTs dan MA Ali Maksum,
(Yogyakarta: PPSB, 2003), hlm. 13
[74] E. Mulyasa, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Op. Cit.,
hlm. 106
[75] Subandiyah, Op. Cit., hlm. 6
[76] HM. Ahmad, dkk., Pengembangan Kurikulum, (bandung: Pustaka
Setia, 1998), hlm. 93-95
[77] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Op. Cit.,
hlm. 101-102
[78] Ibid., hlm. 186
[79] Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah, Bapak Drs. Juyamto, tanggal
22 Mei 2004
[80] Asyhari Abdullah Tamrin, Porfil Madrasah Aliyah Ali Maksum
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, (Yogyakarta: Elhamra Press, 2003),
hlm. 28
[81] Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, (Bandung:
Sinar Baru, 1992), hlm. 120-121
[82] E. Mulyasa, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 166
[83] Wawancara dengan Bapak Miftahuddin, S.HI., pada hari Senin,
tanggal. 10 Mei 2004, pukul. 12.30 WIB.
[84] E. Mulyasa, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi…, Op.Cit.,
hlm. 77
[85] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Op. Cit., hlm.
159
[86] Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, Op. Cit.,
hlm, 130
[87] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi…, Op. Cit., hlm.
166-167
[88] Wawancara dengan wakil kepala sekolah Ka.Ur. Kesiswaan Bapak
Juyamto, pada tanggal. 22 Mei 2004
[89] Ibid.
[90] Wawancara dengan Bapak Juyamto Ur. Kurikulum, tanggal 22 Mei 2004
[91] Paul Suparno, SJ dkk, Reformasi Pendidikan…Op.Cit., hlm. 81.
[92] Wawancara dengan Bapak Juyamto, pada tanggal 22 Mei 2004.
[93] Ibid., tanggal. 22 Mei 2004.
[94] Ibid.
[95] Ibid.
[96] Ibid.,
[97] Hasil wawancara kelas (kegiatan belajar mengajar), dengan Bapak
Juyamto, pada tanggal 04 Mei 2004.
[98] Ibid.,
[99] Hasil wawancara dengan guru Madrasah Aliyah Ali Maksum, Bapak
Miftahuddin, pada tanggal 04 Mei 2004
[100] Asyhari Abdullah Tamrin, Profil Madrasah Aliyah Ali Maksum, Op.
Cit., hlm. 45-48
[101] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik,
dan Implementasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 167
[102] Yayasan Ali Maksum, Buku Pedoman MTs dan MA Ali Maksum,
(Yogyakarta: PPSB, 2003), hlm. 13
[103] E. Mulyasa, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Op. Cit.,
hlm. 106
[104] Subandiyah, Op. Cit., hlm. 6
[105] HM. Ahmad, dkk., Pengembangan Kurikulum, (bandung: Pustaka
Setia, 1998), hlm. 93-95
[106] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Op. Cit.,
hlm. 101-102
[107] Ibid., hlm. 186
[108] Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah, Bapak Drs. Juyamto, tanggal
22 Mei 2004
[109] Asyhari Abdullah Tamrin, Porfil Madrasah Aliyah Ali Maksum
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, (Yogyakarta: Elhamra Press, 2003),
hlm. 28
[110] Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, (Bandung:
Sinar Baru, 1992), hlm. 120-121
[111] E. Mulyasa, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 166
[112] Wawancara dengan Bapak Miftahuddin, S.HI., pada hari Senin,
tanggal. 10 Mei 2004, pukul. 12.30 WIB.
[113] E. Mulyasa, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi…, Op.Cit.,
hlm. 77
[114] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Op. Cit., hlm.
159
[115] Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, Op. Cit.,
hlm, 130
[116] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi…, Op. Cit., hlm.
166-167
[117] Wawancara dengan wakil kepala sekolah Ka.Ur. Kesiswaan Bapak
Juyamto, pada tanggal. 22 Mei 2004
[118] Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar